Istihani Arofah
11140182000050
Manajemen Pendidikan (2B)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
Sebelum mengulas
mengenai definisi psikologi pendidikan, mari terlebih dahulu kita bahas
definisi dari Psikologi dan Pendidikan.
Psikologi berasal
dari bahasa Inggris yaitu psychology yang
merupakan bersumber dari dua akar bahasa yunani (1) psyche yang berarti jiwa
(2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu
jiwa.
Psikologi didefinisikan sebagai
“ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara
melakukan sesuatu, dan juga memahami cara makhluk hidup tersebut berpikir dan
berperasaan” (Gleitman 1986). Saya setuju mengenai definisi ini karena dalam
kajian ilmu jiwa mayoritas menekankan pada bagaimana perilaku manusia? Baik
dari pikirannya, maupun dari sisi spiritual atau perasaannya. Dan juga hal-hal
yang kadang terlihat sederhana pun menjadi objek kajian psikologi seperti Tuti
tetap mengingat bagaimana cara memasak meskipun sudah 5 tahun dia tidak pernah
memasak.
Pendidikan didefinisikan “the
total process of developing human abilities and behavior, drawing on almost all
life experiences” (Tardif 1987) dalam bahasa Indonesia “seluruh tahapan
pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses
penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan”. Saya sependapat dengan
definisi ini karena pendidikan merupakan proses dimana manusia dapat
mengembangkan kemampuannya, seperti contoh Tuti sekolah di SD A awalnya dia
hanya mampu berhitung dalam penjumlahan, kini sudah meningkat kemampuannya
hingga dia mampu berhitung dalam perkalian dan pembagian. Pendidikan mendidik seseorang agar baik dalam
berperilaku baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial.
pendidikan bukan hanya berlaku di sebuah lembaga pendidikan, namun meliputi
seluruh pengalaman kehidupan. Sebagaimana pepatah “belajar dari pengalaman”.
Jadi, psikologi pendidikan
adalah “sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan
tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan” (Tardif 1987) menurut
saya, sebagaimana dengan definisi psikologi, psikologi pendidikan merupakan
suatu ilmu terapan dari psikologi yang menitikberatkan pada pengetahuan
mengenai perilaku manusia yang menjadikan usaha-usaha kependidikan sebagai
objek utamanya seperti tahapan-tahapan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),
situasi maupun tempat KBM, dan hasil-hasil yang dicapai dari proses KBM.
Referensi :
Syah, Muhibbin, Psikologi
Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014 , hlm 7
Manfaat
Psikologi Pendidikan
Selain bermanfaat untuk mengajar, manfaat psikologi pendidikan
yang lain yaitu :
a.
Dengan psikologi pendidikan, pendidik diarahkan menjadi
tenaga pengajar yang profesional dan kompeten sesuai dengan perkembangan zaman.
b. pendidik dapat menemukan dan menetapkan
tujuan-tujuan
pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
c.
Dengan psikologi pendidikan, menjadikan pendidik berupaya memahami keadaan dan perilaku
peserta didik yang dimana satu sama lain pasti berbeda. Bahkan dua anak yang
kembar-pun belum dipastikan memiliki respon yang sama terhadap situasi belajar
mengajar di sekolah.
d.
Melalui psikologi pendidikan, pendidik dapat mendidik
peserta didik melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil
guna.
e. Pendidik dapat memberikan layanan bantuan dan
bimbingan yang tepat kepada peserta didik dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
f.
Psikologi pendidikan tidak hanya diperlukan untuk calon
guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan. Para dosen di
perguruan tinggi, orangtua dan kiai
dipesantren juga memerlukan pengetahuan psikologi pendidikan untuk mengetahui
bagaimana respon anak dalam pengajaran, serta bagaimana perkembangannya.
g.
Psikologi pendidikan membantu untuk merencanakan bahan
ajar atau materi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
h.
Pendidik dapat mengatasi emosionalnya dalam mendidik
peserta didik
i.
Pendidik mampu menganalisis kelemahan dan kelebihan
peserta didik.
j.
Pendidik mampu merumuskan metode-metode yang tepat untuk
mengatasi peserta didik baik dalam permasalahan negatif maupun positif.
k. Pendidik dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan
belajar peserta tertentu
l.
Dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses belajar
mengajar bidang studi tertentu
m. Mampu membantu memecahkan
permasalahan siswa dalam belajar
n. Memudahkan penerapan pengetahuan,
pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
o. Membantu menciptakan suasana edukatif
yang efektif
Metode
yang memudahkan untuk mempelajari psikologi pendidikan
Metode merupakan cara yang
ditempuh untuk melakukan sesuatu. Dalam psikologi pendidikan, metode-metode
digunakan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat
psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Metode-metode dalam psikologi
pendidikan adalah metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus,
metode penyelidikan klinis, dan metode observasi naturalistik.
Menurut saya, semua metode baik
dan memudahkan kita untuk mempelajari psikologi pendidikan. Semua metode
diterapkan dengan kondisi dan situasi yang tepat.
No
|
Metode psikologi pendidikan
|
Penerapannya
|
1
|
Metode Eksperimen
|
Apabila simpulan yang ditarik dari sebuah penelitian dengan metode
kuesioner misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah baru maka dilakukanlah metode eksperimen ini
|
2
|
Metode kuesioner
|
Uji coba dengan tujuan untuk memastikan apakah kuesioner itu relevan
untuk dijawab sesuai dengan tahapannya.
|
3
|
Metode studi kasus
|
Penelitian digunakan untuk memeroleh gambaran rinci yang mengenai
aspek-aspek psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
|
4
|
Metode penyelidikan klinis
|
Diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami
penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku.
|
5
|
Metode observasi naturalistik
|
Observasi yang dilakukan secara ilmiah oleh seorang guru untuk memantau
siswa
|
Referensi :
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2014 , hlm 27
Hal-hal yang menyenangkan pada
saat mempelajari pertumbuhan dan perkembangan di kelas yang saya rasakan
sendiri adalah Dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk
ikut serta aktif berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan dipresentasikan
di depan kelompok lainnya membuat mahasiswa tidak mengalami kejenuhan saat
belajar, dan menambah wawasan mahasiswa mengenai pertumbuhan dan perkembangan
karena masing-masing kelompok mempresentasikan materi yang berbeda.
Menurut buku
Psikologi pendidikan penulis muhibbin syah, Secara pragmatis teori
belajar dapat dipahami sebagai “prinsip atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar”
Menurut wikipedia, Belajar sebagai “suatu proses berfokus pada apa yang
terjadi ketika belajar berlangsung”.
“Penjelasan tentang apa yang terjadi” merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar
adalah “upaya
untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran”
Macam-macam Teori Belajar menurut buku Psikologi
Pendidikan penulis muhibbin syah terdapat 3 Teori pokok yaitu. Pertama,
teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L.
Thorndike (1874 – 1949) berdasarkan eksperimen
yang ia lakukan pada tahun 18990-an yang menggunakan hewan-hewan
terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar
ditempatkan dalam sangkar berbentuk otak berjeruji yang dilengkapi peralatan, seperti pengungkit, gerendel
pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut.
Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinan kucing tersebut
memeroleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box itu
merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan
diri dan memeroleh makanan yang ada dimuka pintu. Mula-mula kucing tersebut
mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu
untuk memeroleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya entah bagaimana secara
kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar
tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama instrumental
conditioning artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi berbagai
instrumental untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki
(Hintzman,1978).
Referensi :
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2014 , hlm 103
Simpulan yang saya ambil dari teori yang pertama ini
adalah kucing yang lapar berusaha keras untuk keluar dari puzzle box dan
mengambil makanan itu diibaratkan seperti manusia yang termotivasi untuk
belajar. Dan betapa berpengaruhnya motivasi terhadap belajar. Andaikan saja
kucing tadi tidak lapar. Pasti tidak akan mau dan bekerja keras mengambil
makanan itu. Seperti halnya manusia jika tidak termotivasi pasti tidak akan
bekerja keras untuk belajar.
Kedua,
teori pembiasaan klasik yang berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov (849 – 1936) pada dasarnya teori ini adalah
prosedurpenciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Dalam eksperimennya, pavlov
menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned
stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR) dan
unconditioned response (UCR) CS adalah rangsangan yang mamapu mendatangkan
response yang dipelajari sedangkan respon ynang dipelajari itu sendiri disebut
CR. UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan
respons yng tidak dipelajari adalah UCR. untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :
Simpulan yang saya ambil dari
teori yang kedua ini adalah semakin jelas bahwa belajar adalah perubahan yang
ditandai dengan adanya stiulus dan respons.
Ketiga, teori pembiasaan perilaku
respons (operant conditioning) Ini merupakan teori belajar yang berusia paling
muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa
kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner.
Operant adalah sejumlah perilaku atau
respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber,1980)
respons pada operant ini terjadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer (stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya) proses belajar dalam teori operant conditioning
tunduk kepada dua hukum operant yang berbeda. Yakni law of operant conditioning
(jika tingkah laku operant di iringi dengan stimulus penguat, maka kekuataan
stimulus tersebut akan meningkat.) dan law of operant extinction (jika
timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning
itu tidak diiingi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut
menurun atau bahkan musnah. (hintzman,1987) )
Saya
menyimpulkan dari ketiga teori diatas, bersifat behavioristik dalam
arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang tampak dan kuantitatif.
Dari ketiga teori belajar diatas, mempunyai keelemahan diantaranya proses
belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan itu sangat sulit diterima,
mengingat banyak perbedaan yang mencolok baik dari fisik, dan psikis antara
manusia dengan hewan. poses belajarnya hanya dilihat dari luar padahal proses
belajar sesungguhnya kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari permukaan
saja, dan proses belajar menurut teori ini adalah terkesan gerakan mesin atau
robot padahal siswa mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Teori belajar yang lain yaitu Teori belajar Behaviorisme adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Analisis
saya mengenai teori ini adalah proses, dan hasil belajar peserta didik
hanya dilihat dari bagaimana dia berperilaku dan apa yang tampak dari hasil
belajarnya saja. Tanpa mengikutsertakan faktor dalam. Dan juga Teori
behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan
dan pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belum bisa
mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan belajar karena ia
belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar.
Selain teori-teori dia atas, terdapat 2 teori lagi
yaitu Teori Belajar
kognitivisme dan Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar
kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif
ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana
peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
Analisis saya mengenai teori ini adalah sebuah proses dengan bantuan praktek atau kerja
nyata dalam rangka membantu kecerdasan intelektual siswa. Pada teori ini
pendidik ditutut untuk memberikan proses pembelajaran yang lebih luas agar
siswa mampu mengembangkan kualtias inteleketualnya. Contohnya
pada pelajaran di SD siswa mampu menemukan sebuah masalah dan mencari sendiri
pemecahan masalahnya. Misalnya dalam materi tentang struktur bunga, guru bisa menyuruh
siswa untuk mencari bunga yang strukturnya lengkap (seperti bunga kembang
sepatu) lalu meyuruh siswa untuk mendiskusikan untuk dapat menentukan dengan
benar nama setiap bagian-bagian bunga, dan mampu menunjukan bagian-bagiannya
itu.
Teori belajar konstruktivisme berasal
dari kata “to
construct” yang artinya membangun atau menyusun. Menurut Carin (dalam
Anggriamurti, 2009) bahwa teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang
menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja
pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun
pengetahuan secara individual.
Analisis saya mengenai teori ini adalah sebuah teori yang bersifat
menerangkan. Yaitu tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari.
Dalam proses pembelajaran, suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri
aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
kognitif yang dimilikinya. Misalnya dalam materi pembelajarann IPA SD
tentang struktur dan bagian tubuh manusia, guru menyuruh siswa untuk
menunjukkan sendiri bagian-bagian tubuhnya seperti, kepala, tangan, kaki, dll.
Secara tidak langsung siswa sudah menerapkan sistem pembelajaran yang berpusat
pada dirinya.
Intelegensi adalah
situasi kecerdasan pikir, dan sifat-sifat perbuatan cerdas. Pada umumnya intelegensi ini dapat dilihat dari dapat
dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang
sedang berubah dengan keadaan di luar dirinya yang biasa maupun yang baru.
Jadi, perbuatan cerdas dicirikan dengan adanaya kesanggupan bereaksi terhadap
situasi dengan kelakuan baru yang sesuai dengan kedaan baru.
Semua orang sebenarnya memiliki Multiple
intelegency (kecerdasan majemuk), hanya masing-masing orang mempunyai
intelegency yang menonjol dan itu berbeda-beda. Macam-macam intelegency ada delapan
yaitu : word smart, logic smart, nature smart, picture smart, body smart, music
smart, interpersonal, dan intrapersonal. Dari ke-delapan multiple intelegency
tersebut yang paling mendominasi saya adalah Interpersonal intelegency (people
smart) dengan alasan sesuai dengan
pendapat teman-teman terdekat saya, mereka berpendapat bahwa saya mudah bergaul
dan mempunyai banyak teman. Ada pula yang berpendapat saya lebih dominan dengan
music smart dengan alasan saya bisa
menyanyi dengan baik dan menyukai dunia musik walaupun saya tidak bisa
memainkan musik.
Cara mengembangkan interpersonal skill, dimulai
dari berkomunikasi dengan diri sendiri, mengenali pola pikir masing-masing,
menyadari kekuatan perubahan, ikut serta menangani konflik-konflik yang dialami
orang terdekat saya untuk memperlancar komunikasi antar kedua pihak dan masalah
dapat terselesaikan, mengatasi persepsi negative karena hal ini dapt membantu
kita untuk berpikir dahulu sebelum menyertakan emosi, perbanyak belajar karena
pengetahuan mempunyai peran penting dalam komunikasi dan juga membangun
hubungan,menerima pesan dengan baik dengan cara mendengarkan, memperbanyak
bertemu dengan orang-orang baru akan melatih dan mengembangkan interpersonal
skill, menekan ego pribadi, dan memperhatikan bahasa non-verbal.
Motivasi adalah keadaan internal organisme untuk
berbuat sesuatu dalam pengertian ini, motivasi adalah pemasok daya untuk
bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988)
Menurut saya, Motivasi adalah keseluruhan rangsangan baik itu dari luar diri maupun
dalam diri dengan melakukan suatu
rangkaian usaha untuk mempersiapkan kondisi tertentu yang mengarahkan pada
kegiatan tertentu sehingga tujuannya dapat tercapai
Motivasi
internal yang memengaruhi saya untuk belajar di jurusan Manajemen Pendidikan
adalah minat saya untuk menjadi
manajer dan memajukan pendidikan di Indonesia,bakat saya dalam
interpersonal skill membuat saya yakin menjadi manajer adalah tepat buat
saya, jika motivasi internal tentang kesehatan
jasmani saya rasa belum sepenuhnya membuat saya termotivasi untuk
belajar karena kondisi kesehatan saya yang kurang.
Motivasi eksternal yang memengaruhi
saya untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan adalah Orang tua yang selalu
mensupport saya baik dari doa, finansial, dan dukungan lainnya walaupun kami
terbentang jarak yang lumayan jauh dari Tegal ke Ciputat, dosen yang menyenangkan
akan membuat saya termotivasi untuk belajar di jurusan saya meskipun kebanyakan
dosen itu kurang menyenangkan terkadang saya merasa malas tetapi ketika saya
ingat tidak ingin ngecewain orang tua dari situ aku lawan kemalasan saya dan
kembali termotivasi untuk belajar, teman yang peduli dan saling
memotivasi juga termasuk salah satu faktor saya termotivasi untuk belajar di
jurusan ini. Buku yang tersedia sebagai media belajar juga sangat di
perlukan saya untuk memotivasi belajar. lingkungan fisik seperti keadaan
cuaca yang normal membuat saya termotivasi untuk belajar.
Teori Belajar yang Saya Suka
Teori Belajar
yang Saya Suka dan Teori belajar yang cocok untuk jurusan saya adalah teori
konstruktivisme karena dalam teori ini,apa yang telah kita pelajari akan
bermakna dan dalam proses belajar mahasiswa aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang
dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya.
Seorang guru behaviorisme menerapkan pembelajaran
yang berpusat pada guru itu sendiri sebagai sumber informasi/media pembelajaran,
terkadang guru behavioristik kurang adil karena dia melihat hasil belajar di
akhir tanpa melihat bagaimana prosesnya begitupun dengan latihan tanpa harus
dengan pemahaman. Guru behavioristik menerapkan banyak aturan. Seorang guru behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Guru harus segera memberitahukan hasil belajar kepada
siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
Guru humanisme memiliki ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan siswa, membuat pembelajaran yang membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam
membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan
berfantasi. Guru humanisme menjadi
fasilitator bagi para siswa dan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Dan guru humanisme mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak
membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa
menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya
menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis, memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk
aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan, menceritakan pengalaman, menulis cerita,
menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, dan stimulasi banyak buku bacaan.