Sabtu, 25 April 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Istihani Arofah
11140182000050
Manajemen Pendidikan (2B)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015



Definisi Psikologi Pendidikan
Sebelum mengulas mengenai definisi psikologi pendidikan, mari terlebih dahulu kita bahas definisi dari Psikologi dan Pendidikan.
Psikologi berasal dari bahasa Inggris yaitu psychology yang merupakan bersumber dari dua akar bahasa yunani (1) psyche yang berarti jiwa (2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Psikologi didefinisikan sebagai “ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara melakukan sesuatu, dan juga memahami cara makhluk hidup tersebut berpikir dan berperasaan” (Gleitman 1986). Saya setuju mengenai definisi ini karena dalam kajian ilmu jiwa mayoritas menekankan pada bagaimana perilaku manusia? Baik dari pikirannya, maupun dari sisi spiritual atau perasaannya. Dan juga hal-hal yang kadang terlihat sederhana pun menjadi objek kajian psikologi seperti Tuti tetap mengingat bagaimana cara memasak meskipun sudah 5 tahun dia tidak pernah memasak.
Pendidikan didefinisikan “the total process of developing human abilities and behavior, drawing on almost all life experiences” (Tardif 1987) dalam bahasa Indonesia “seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan”. Saya sependapat dengan definisi ini karena pendidikan merupakan proses dimana manusia dapat mengembangkan kemampuannya, seperti contoh Tuti sekolah di SD A awalnya dia hanya mampu berhitung dalam penjumlahan, kini sudah meningkat kemampuannya hingga dia mampu berhitung dalam perkalian dan pembagian. Pendidikan  mendidik seseorang agar baik dalam berperilaku baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. pendidikan bukan hanya berlaku di sebuah lembaga pendidikan, namun meliputi seluruh pengalaman kehidupan. Sebagaimana pepatah “belajar dari pengalaman”.
Jadi, psikologi pendidikan adalah “sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan” (Tardif 1987) menurut saya, sebagaimana dengan definisi psikologi, psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu terapan dari psikologi yang menitikberatkan pada pengetahuan mengenai perilaku manusia yang menjadikan usaha-usaha kependidikan sebagai objek utamanya seperti tahapan-tahapan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), situasi maupun tempat KBM, dan hasil-hasil yang dicapai dari proses KBM.
Referensi :
 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014 , hlm 7



Manfaat Psikologi Pendidikan


Selain bermanfaat untuk mengajar, manfaat psikologi pendidikan yang lain yaitu :
a.       Dengan psikologi pendidikan, pendidik diarahkan menjadi tenaga pengajar yang profesional dan kompeten sesuai dengan perkembangan zaman.
b.      pendidik dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
c.       Dengan psikologi pendidikan, menjadikan pendidik  berupaya memahami keadaan dan perilaku peserta didik yang dimana satu sama lain pasti berbeda. Bahkan dua anak yang kembar-pun belum dipastikan memiliki respon yang sama terhadap situasi belajar mengajar di sekolah.
d.      Melalui psikologi pendidikan, pendidik dapat mendidik peserta didik melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
e.       Pendidik dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada peserta didik dengan pendekatan yang relefan dengan tingkat perkembangannya
f.       Psikologi pendidikan tidak hanya diperlukan untuk calon guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan. Para dosen di perguruan tinggi, orangtua dan  kiai dipesantren juga memerlukan pengetahuan psikologi pendidikan untuk mengetahui bagaimana respon anak dalam pengajaran, serta bagaimana perkembangannya.
g.      Psikologi pendidikan membantu untuk merencanakan bahan ajar atau materi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
h.      Pendidik dapat mengatasi emosionalnya dalam mendidik peserta didik
i.        Pendidik mampu menganalisis kelemahan dan kelebihan peserta didik.
j.        Pendidik mampu merumuskan metode-metode yang tepat untuk mengatasi peserta didik baik dalam permasalahan negatif maupun positif.
k.      Pendidik dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar peserta tertentu
l.        Dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
m.    Mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
n.      Memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
o.      Membantu menciptakan suasana edukatif yang efektif
 

Metode yang memudahkan untuk mempelajari psikologi pendidikan

Metode merupakan cara yang ditempuh untuk melakukan sesuatu. Dalam psikologi pendidikan, metode-metode digunakan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Metode-metode dalam psikologi pendidikan adalah metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus, metode penyelidikan klinis, dan metode observasi naturalistik.
Menurut saya, semua metode baik dan memudahkan kita untuk mempelajari psikologi pendidikan. Semua metode diterapkan dengan kondisi dan situasi yang tepat.
No
Metode psikologi pendidikan
Penerapannya
1
Metode Eksperimen
Apabila simpulan yang ditarik dari sebuah penelitian dengan metode kuesioner misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah baru  maka dilakukanlah metode eksperimen ini
2
Metode kuesioner
Uji coba dengan tujuan untuk memastikan apakah kuesioner itu relevan untuk dijawab sesuai dengan tahapannya.

3
Metode studi kasus
Penelitian digunakan untuk memeroleh gambaran rinci yang mengenai aspek-aspek psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
4
Metode penyelidikan klinis
Diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku.
5
Metode observasi naturalistik
Observasi yang dilakukan secara ilmiah oleh seorang guru untuk memantau siswa
Referensi :
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014 , hlm 27


Yang Menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan

Hal-hal yang menyenangkan pada saat mempelajari pertumbuhan dan perkembangan di kelas yang saya rasakan sendiri  adalah Dosen  memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk ikut serta aktif berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan dipresentasikan di depan kelompok lainnya membuat mahasiswa tidak mengalami kejenuhan saat belajar, dan menambah wawasan mahasiswa mengenai pertumbuhan dan perkembangan karena masing-masing kelompok mempresentasikan materi yang berbeda. 

Teori Belajar
Menurut buku  Psikologi pendidikan penulis muhibbin syah, Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai “prinsip atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar”
Menurut wikipedia, Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadimerupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran
Macam-macam Teori Belajar menurut buku Psikologi Pendidikan penulis muhibbin syah terdapat 3 Teori pokok yaitu. Pertama, teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874 – 1949) berdasarkan eksperimen  yang ia lakukan pada tahun 18990-an yang menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk otak berjeruji yang dilengkapi  peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinan kucing tersebut memeroleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memeroleh makanan yang ada dimuka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memeroleh makanan yang ada didepannya. Akhirnya entah bagaimana secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama instrumental conditioning artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi berbagai instrumental untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman,1978).
Referensi :
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014 , hlm 103
Simpulan yang saya ambil dari teori yang pertama ini adalah kucing yang lapar berusaha keras untuk keluar dari puzzle box dan mengambil makanan itu diibaratkan seperti manusia yang termotivasi untuk belajar. Dan betapa berpengaruhnya motivasi terhadap belajar. Andaikan saja kucing tadi tidak lapar. Pasti tidak akan mau dan bekerja keras mengambil makanan itu. Seperti halnya manusia jika tidak termotivasi pasti tidak akan bekerja keras untuk belajar.
Kedua, teori pembiasaan klasik yang berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (849 – 1936) pada dasarnya teori ini adalah prosedurpenciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Dalam eksperimennya, pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR) dan unconditioned response (UCR) CS adalah rangsangan yang mamapu mendatangkan response yang dipelajari sedangkan respon ynang dipelajari itu sendiri disebut CR. UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yng tidak dipelajari adalah UCR. untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :

Simpulan yang saya ambil dari teori yang kedua ini adalah semakin jelas bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya stiulus dan respons.
        Ketiga, teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) Ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner.
         Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber,1980) respons pada operant ini terjadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer (stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya) proses belajar dalam teori operant conditioning tunduk kepada dua hukum operant yang berbeda. Yakni law of operant conditioning (jika tingkah laku operant di iringi dengan stimulus penguat, maka kekuataan stimulus tersebut akan meningkat.) dan law of operant extinction (jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiingi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut menurun atau bahkan musnah. (hintzman,1987) )
            Saya menyimpulkan dari ketiga teori diatas, bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang tampak dan kuantitatif. Dari ketiga teori belajar diatas, mempunyai keelemahan diantaranya proses belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan itu sangat sulit diterima, mengingat banyak perbedaan yang mencolok baik dari fisik, dan psikis antara manusia dengan hewan. poses belajarnya hanya dilihat dari luar padahal proses belajar sesungguhnya kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari permukaan saja, dan proses belajar menurut teori ini adalah terkesan gerakan mesin atau robot padahal siswa mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
          Teori belajar yang lain yaitu  Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
          Analisis saya mengenai teori ini adalah proses, dan hasil belajar peserta didik hanya dilihat dari bagaimana dia berperilaku dan apa yang tampak dari hasil belajarnya saja. Tanpa mengikutsertakan faktor dalam. Dan juga Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Contoh, seorang anak mampu berhitung penjumlahan dan pengurangan, meskipun dia belajar dengan giat tetapi dia masih belum bisa mempraktekkan penjumlahannya, maka ia belum bisa dikatakan belajar karena ia belum menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar. 
Selain teori-teori dia atas, terdapat 2 teori lagi yaitu Teori  Belajar kognitivisme dan Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
Analisis saya mengenai teori ini adalah sebuah proses dengan bantuan praktek atau kerja nyata dalam rangka membantu kecerdasan intelektual siswa. Pada teori ini pendidik ditutut untuk memberikan proses pembelajaran yang lebih luas agar siswa mampu mengembangkan kualtias inteleketualnya. Contohnya pada pelajaran di SD siswa mampu menemukan sebuah masalah dan mencari sendiri pemecahan masalahnya. Misalnya dalam materi tentang struktur bunga, guru bisa menyuruh siswa untuk mencari bunga yang strukturnya lengkap (seperti bunga kembang sepatu) lalu meyuruh siswa untuk mendiskusikan untuk dapat menentukan dengan benar nama setiap bagian-bagian bunga, dan mampu menunjukan bagian-bagiannya itu.
Teori belajar  konstruktivisme berasal dari katato construct” yang artinya membangun atau menyusun. Menurut Carin (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual.
Analisis saya mengenai teori ini adalah sebuah teori yang bersifat menerangkan. Yaitu tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran, suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Misalnya dalam materi pembelajarann IPA SD tentang struktur dan bagian tubuh manusia, guru menyuruh siswa untuk menunjukkan sendiri bagian-bagian tubuhnya seperti, kepala, tangan, kaki, dll. Secara tidak langsung siswa sudah menerapkan sistem pembelajaran yang berpusat pada dirinya.
Intelegensi

Intelegensi adalah situasi kecerdasan pikir, dan sifat-sifat perbuatan cerdas. Pada umumnya  intelegensi ini dapat dilihat dari dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah dengan keadaan di luar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi, perbuatan cerdas dicirikan dengan adanaya kesanggupan bereaksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang sesuai dengan kedaan baru.
Semua orang sebenarnya memiliki Multiple intelegency (kecerdasan majemuk), hanya masing-masing orang mempunyai intelegency yang menonjol dan itu berbeda-beda. Macam-macam intelegency ada delapan yaitu : word smart, logic smart, nature smart, picture smart, body smart, music smart, interpersonal, dan intrapersonal. Dari ke-delapan multiple intelegency tersebut yang paling mendominasi saya adalah Interpersonal intelegency (people smart)  dengan alasan sesuai dengan pendapat teman-teman terdekat saya, mereka berpendapat bahwa saya mudah bergaul dan mempunyai banyak teman. Ada pula yang berpendapat saya lebih dominan dengan music smart  dengan alasan saya bisa menyanyi dengan baik dan menyukai dunia musik walaupun saya tidak bisa memainkan musik.
Cara mengembangkan interpersonal skill, dimulai dari berkomunikasi dengan diri sendiri, mengenali pola pikir masing-masing, menyadari kekuatan perubahan, ikut serta menangani konflik-konflik yang dialami orang terdekat saya untuk memperlancar komunikasi antar kedua pihak dan masalah dapat terselesaikan, mengatasi persepsi negative karena hal ini dapt membantu kita untuk berpikir dahulu sebelum menyertakan emosi, perbanyak belajar karena pengetahuan mempunyai peran penting dalam komunikasi dan juga membangun hubungan,menerima pesan dengan baik dengan cara mendengarkan, memperbanyak bertemu dengan orang-orang baru akan melatih dan mengembangkan interpersonal skill, menekan ego pribadi, dan memperhatikan bahasa non-verbal.
Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme untuk berbuat sesuatu dalam pengertian ini, motivasi adalah pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,1986; Reber, 1988)
Menurut saya, Motivasi  adalah keseluruhan rangsangan baik itu dari luar diri maupun dalam diri dengan melakukan suatu rangkaian usaha untuk mempersiapkan kondisi tertentu yang mengarahkan pada kegiatan tertentu sehingga tujuannya dapat tercapai
            Motivasi internal yang memengaruhi saya untuk belajar di jurusan Manajemen Pendidikan adalah  minat saya untuk menjadi manajer dan memajukan pendidikan di Indonesia,bakat saya dalam interpersonal skill membuat saya yakin menjadi manajer adalah tepat buat saya,  jika motivasi internal tentang kesehatan jasmani saya rasa belum sepenuhnya membuat saya termotivasi untuk belajar karena kondisi kesehatan saya yang kurang.
            Motivasi eksternal yang memengaruhi saya untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan adalah Orang tua yang selalu mensupport saya baik dari doa, finansial, dan dukungan lainnya walaupun kami terbentang jarak yang lumayan jauh dari Tegal ke Ciputat, dosen yang menyenangkan akan membuat saya termotivasi untuk belajar di jurusan saya meskipun kebanyakan dosen itu kurang menyenangkan terkadang saya merasa malas tetapi ketika saya ingat tidak ingin ngecewain orang tua dari situ aku lawan kemalasan saya dan kembali termotivasi untuk belajar, teman yang peduli dan saling memotivasi juga termasuk salah satu faktor saya termotivasi untuk belajar di jurusan ini. Buku yang tersedia sebagai media belajar juga sangat di perlukan saya untuk memotivasi belajar. lingkungan fisik seperti keadaan cuaca yang normal membuat saya termotivasi untuk belajar.
Teori Belajar yang Saya Suka
Teori Belajar yang Saya Suka dan Teori belajar yang cocok untuk jurusan saya adalah teori konstruktivisme karena dalam teori ini,apa yang telah kita pelajari akan bermakna dan dalam proses belajar mahasiswa aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya.
Ciri-ciri guru behaviorisme
       Seorang guru behaviorisme menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru itu sendiri sebagai sumber informasi/media pembelajaran, terkadang guru behavioristik kurang adil karena dia melihat hasil belajar di akhir tanpa melihat bagaimana prosesnya begitupun dengan latihan tanpa harus dengan pemahaman. Guru behavioristik menerapkan banyak aturan. Seorang guru  behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Guru harus segera memberitahukan hasil belajar kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
Ciri-ciri guru humanisme
      Guru humanisme memiliki ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan siswa, membuat pembelajaran yang membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Guru humanisme menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Dan guru humanisme mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk komunikasi dengan siswa, dan tidak hanya menghargai potensi akademik, memberi keamanan psikologis,  memberi pengalaman sukses kepada siswa; untuk aktivitas-aktivitas kreatif guru tidak banyak memberikan aturan,  menceritakan pengalaman, menulis cerita, menghargai usaha, imaginasi, fantasi dan inovasi siswa, dan stimulasi banyak buku bacaan.