Senin, 05 Januari 2015

PERENCANAAN MANAJEMEN (LANJUTAN)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perencanaan dan pendidikan merupakan dua komponen yang terangkai dalam proses mempersiapkan mengenai apa tujuan yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui proses pendidikan.
Perencanaan sangat penting untuk pendidikan diantaranya menjadikan pendidikan lebih terarah, teratur, sehingga dapat lebih mudah dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang padadasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telahmenyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikankecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134). Dengan katalain persentase jumlah penganggur tenaga sarjana lebih besar dibandingkandengan persentase jumlah pengganggur lulusan SMA atau jenjang pendidikan yang lebih rendah. Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berfikir yangdigunakan dalam memberikan tafsiran terhadap data empiris tersebut cenderungmenyesatkan. Cara berfikir yang sekarang berlaku seolah-olah hanyamemperhatikan pendidikan sebagai satu-satunya variabel yang menjelaskanmasalah pengangguran.Cara berfikir seperti cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem pendidikan, tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya tidak dapat terpecahkan.Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalah-masalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti olehmasyarakat, sangat diperlukan.Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya.

B. Ruang lingkup masalah
1. Bagaimana sejarah perencanaan pendidikan?
2. Apa macam-macam pendekatan perencanaan pendidikan?
3. Bagaimana model perencanaan pendidikan?
4. Bagaimana karakteristik perencanaan pendidikan?
5. Bagaimana praktik perencanaan pendidikan itu?


C. Tujuan dan manfaat penulisan

a) Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini merupakan untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah pengantar manajemen pendidikan danuntuk  melatih kemampuan mahasiswa dalam membuat tugas  makalah serta meningkatkan kemampuan mahasiswa pada  mata kuliah pengantar manajemen pendidikan ini.

b) Manfaat penulisan
1.     Bermanfaat sebagai suatu proses belajar dalam membuat makalah.
2.     Bermanfaat sebagai suatu proses belajar untuk mengetahui atau mengenal lebih dalam tentang Perencanaan Pendidikan
3.   Untuk menambah pengetahuan tentang Perencanaan Pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN


A. Sejarah Perencanaan Pendidikan
2500 tahun yang lalu  perencanaan pendidikan itu sudah ada, dimana bangsa sparta telah merencanakan pendidikan untuk merealisasikan tujuan militer, sosial dan ekonomi mereka.Plato dalam bukunya “republik” menulis tentang : rencana pendidikan yang dapat menjamin tersedianya tenaga kepemimpinan dan politik yang dibutuhkan oleh athena.Cina dalam masa pemerintahan dinasti han dan peru pada masa kejayaan, inca merencanakan pendidikan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup negara masing-masing.Timbulnya aliran libralisme di eropa pada akhir abad 18 dan 19 misalnya menghasilkan berbagai usul yang dinamakan “rencana pendidikan”, dan “reformasi  mengajar” sebagai sarana untuk mengadakan reformasi sosial. Salah satu rencana yang terkenal pada saat itu adalah rencana yang dibuat oleh diderot yang berjudul “plan d’une universite pour le gouverment de russie” yang disiapkannya atas permintaan ratu catherina II.Bangsa rusia 2/3 rakyatnya butahuruf pada saat dibuatnya rencana 5 tahunan pertama yang dibuat 1923 menjadi salah satu negara yang pendidikannya sangat maju dalam waktu kurang dari 50 tahun.Selain bersumber dari  perkembangan besaran seperti yang dikemukakan di atas perencanaan pendidikan modern juga bersumber dari kegiatan yang bersifat rutin seperti perencanaan pada suatu daerah tentang berapa banyak siswa atau mahasiswa yang akan ditampung dalam satu lembaga pendidikan, berupa banyak ruangan, guru, bangku, buku, dan sebagainya yang diperlukan.pada tahun berikutnya dan perencanaan rutin lainnya yang dilakukan oleh para administrator pendidikan.
Pada tahap awal perkembangannya perencanaan pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan rencana jangka pendek yang pragmentaris, dan tidak terintegrasi lebih-lebih kalau dilihat dari kebutuhan masyarakat.
2. Tidak bersifat dinamik dan fleksibel.
Ciri-ciri tersebut di atas sebetulnya merupakan suatu kelemahan, usaha untuk mengatasinya adalah menyusun dan menetapkan perencanaan pendidikan modern.
Di indonesia contoh sejarah perkembangan perencanaan pendidikan adalah sejak dituangkannya konsep pendidikan di dalam uud 1945, banyak lahir undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pendidikan.





B. Macam pendekatan perencanaan pendidikan
Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan , yaitu : pendekatan kebutuhan sosial (social demaind approach), pendekatan ketenagakerjaan (manpower appoach), pendekatan untung rugi (cost and benefit approach), dan pendekatan keefektifan biaya (cost effectiveness approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat pendekatan perencanaan pendidikan tersebut :
1. Pendekatan Kebutuhan Sosial (Social Demand)
Pendekatan social demand adalah pendekatan dalam perencananan pendidikaan yang didasarkan atas tuntutan atau kebutuhan sosial akan pendidikan. Biasanya pengertian kebutuhan sosial itu menunjuk kepada kebutuhan yang bersifat populer.Kebutuhan itu terasa apabila terjadi jurang antara penyediaan dan kebutuhan. Memang kebutuhan itu dapat dipengaruhi oleh pemerintah, memang lebih mudah menaikkan kebutuhan daripada menurunkan kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Mengukur kebutuhan sosial akan pendidikan itu sangat sulit, bahkaan kadang-kadang tidak mungkin, kecuali kalau ada wajib belajar dan data demografi (Vembriarto,1985:47).
Menurut Vembriarto (1985:47) ada tiga kritik, terutama dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi terhadap pendekatan social demand yaitu :
a) Pendekatan itu mengabaikan masalah alokasi sumber-sumber dalam skala nasional, dan secara implisit tidak mempersoalkan berapa besar sumber yang diperuntukkan bagi pendidikan, karena beranggapan bahwa penggunaan sumber-sumber bagi pendidikan itulah yang terbaik bagi pembangunan bangsa sebagai keseluruhan
b) Pendekatan itu mengabaikan ciri dan pola kebutuhan manpower yang diperlukan di sektor kehiduan ekonomi, dengan demikian akan cenderung menghasilkan tamatan yang sebenarnya kurang diperlukan, dan justru akan kekurangan jenis tamatan yang sebenarnya sangat dibutuhkan
c) Pendekatan itu cenderung terlalu menjawab tuntutan saja sehingga mengabaikan pertimbangan pembiayaan, dan pemerataan sumber-sumber itu menjadi sedemikian kecilnya, akibatnya ialah turunya kualiatas dan evektivitas pendidikan, yang mana berarti pemborosan.
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial oleh para ahli disebut pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak dicapai dalam pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada:
(a) tercapainya pemenuhan kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan dasar;
(b) pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf);
(c) pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan, dari kebodohan,dan dari kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan kebutuhan sosial ini biasanya dilaksanakan oleh Negara-negara yang baru meraih kemerdekaan dari penjajahan,dengan kendisi masyarakat pribumi yang terbelakang pendidikanya dan kondisi sosial ekonominya.

Jika pendekatan ini dipergunakan, maka tugas para perencana pendidikan harus memperkirakan kebutuhan pada masa yang akan datang dengan menganalisa (Udin & Makmur, 2005:235):
a. Pertumbuhan penduduk
b.Partisipasi dalam pendidikan(yakni dengan menghitung prosentase penduduk yang bersekolah )
c. Arus murid dari kelas satu kekelas yang lebih tinggi dan dari satu tingkat ketingkat pendidikan yang lebih tinggi
d. Keinginan masyarakat dari individu tentang jenis-jenis pendidikan.
Mengukur social demand sangat sukar dan sering tidak mungkin, kecuali kewajiban belajar ada bersama-sama dengan data demografi yang baik tentang kelompok usia yang relevan (biasanya terdapat pada negara-negara berkembang dan tidak di semua negara yang sedang berkembang).
Menurut Arifin (2010), ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan ini dalam perencanaan pendidikan. Di antara sisi positif pendekatan ini antara lain:
a.pendekatan ini lebih cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau Negara yang baru merdeka dengan kondisi kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih sangat banyak yang buta huruf
b.pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karena keterbelakangan dibidang pendidikan akibat penjajahan,sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan dengan kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.

Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial,ini antara lain:
a.pendekatan ini cenderung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu, yaitu pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besarnya, sehingga mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan
b.pendekatan ini lebih menekankan pada kuantitas sehingga kurang memperhatikan kualitas dan efektifitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan lebih boros
c.pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang diperlukan di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau outputpendidikan cenderung kurang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini
d.pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan kurang mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan yang lain kurang diperhatikan.



2. .Pendekatan Ketenaga Kerjaan (Manpower Approach)
Pendekatan Ketenaga Kerjaan (Manpower Approach). Dengan demikian perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan terhadap rekrutmen ketenagakerjaan akan mengidentifikasikan mengenai besarnya kebutuhan tenaga kerja untuk suatu kurun raktu tertentu. Perlu diperhatikan pula bahwa perhitungan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia maupun yang akan tersedia tidak lepas dari faktor kulaitas yang diharapkan. Semuanya ini mempunyai implikasi bahwa seorang perencana pendidikan setidak-tidaknya dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan perkembangan baik secara kulaitas maupun secara kuantitas, terutama menyangkut sector-sektor ekonomi dengan pendistribusian okupasi-okupasi yang dapat diproyeksi.
Pendidikan baik dilihat dari dibentuk, isi, dan strukturnya hendaklah dilihat kaitanynya dengan okupasi-okupasi yang diprediksi tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan karena dapat menghindarkan terjadinya pemborosan serta pengangguran terdidik pada jangka waktu tertentu. Namun dibalik itu sistem pendidikan yang terlalu ekstrim memperhitungkan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja sebagai hasil ynag diharapkan dari sistem pendidikan itu, akan cenderung mengakibatkan terjadinya pengangguran tidak terdidik (Effendi, 2000:26).
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya memerlukan sumber dan fasilitas fisik, tetapi juga memerlukan sumber-sumber manusia yang mengorganisasi dan menggunakan fasilitas fisik. Jadi pengembangan sumber manusia melalui sistem pendidikan adalah suatu syarat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan suatu investasi yang baik dari sumber-sumber yang langka, dengan menentukan pola dan mutu output pendidikan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di bidang perekonomian.
Para pendukung pendekatan manpower mengakui bahwa pendidikan mempunyai tujuan-tujuan penting lainnya disamping menghasilkan tenaga manusia, tetapi tujuan-tujuan tersebut tidak bertentangan satu dengan yang lain. Permasalahan yang timbul diselesaikan oleh perencana-perencana pendidikan dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan tersebut bersama-sama dengan pertimbangan manpower, tetapi hal ini mengkaburkan dan kurang memuaskan (Timan, 2004:17).
Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sector pembangunan seperti sector ekonomi, pertanian, perdagangan, dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan sangat appealing karena dikatkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Karena itu tekanan utama adalah relevancy program pendidikan dengan berbagai sector pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaan.
Pendidikan kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun tingkat universitas merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevancy seperti disebutkan di atas, kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan yang merupakan output sistem pendidikan siap pakai di lapangan. Implikasi dari pendekatan ini adalah pendidikan harus diorientasikan kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja. Jenis pekerjaan, tingkat, atau level pekerjaan, persyaratan kerja, mobilitas kerja harus dijabarkan hingga educational attainment cocok dengan karakteristik berbagai persyaratan kerja di atas (Udin & Makmur, 2005:240).

Pendekatan manpower ini disukai oleh ahli-ahli ekonomi.Dasarnya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi itu merupakan dorongan bagi pembangunan bangsa secara keseluruhan, sebab itu harus dijadikan dasar pertimbangan dalam alokasi sumber-sumber.Pertumbuhan ekonomi tidak saja memerlukan sumber dan fasititas fisik, melainkan juga manusia untuk mengorganisasi dan menggunakan semuanya itu.Perkembangan sumber-sumber manusia melalui sistem pendidikan itu penting untuk pertumbuhan ekonomi, sebab itu investment yang baik menuntut diselenggarakannya pola dan kualitas hasil pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan manpower yang diperlukan oleh kebutuhan ekonomi (Vembriarto, 1985:47).
Menurut Arifin (2010) ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ketenagakerjaan. Pertama, beberapa kebaikan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara lain:
a.proses pembelajaran atau layanan pendidikan di satuan pendidikan mempunyai aspek korelasional yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang dibutuhkan masyarakat
b.pendekatan ini mengharuskan adanya keterjalinan yang erat antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri, hal ini tentu sangat positif untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri-usaha.

Kedua, beberapa kelemahan dari pendekatan perencanaan pendidikan ketenagakerjaan, antara lain:
a.mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini telah mengabaikan peran sekolah menengah umum, dan lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Dalam realitasnya masih banyak lulusan sekolah menengah kejuruan yang menganggur (output-nya tidak terserap di dunia kerja)
b.perencanaan ini lebih menggunakan orientasi, klasifikasi, dan rasio antara permintaan dan persediaan
c.tujuan utamanya untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, sedangkan disisi lain tuntutan dunia kerja selalu berubah-ubah (bersifat dinamik) begitu cepat, sehingga lembaga pendidikan kejuruan sering kurang mampu mengantisipasinya dengan baik.

3. Pendekatan Keefektifan Biaya (Cost Effectiveness)
Pendekatan ini sering digunakan dalam menganalisis program-program yang berhubungan dengan institusi atau lembaga-lembaga tertentu.Proyek-proyek pendidikan cocok menggunakan teknik ini terutama dalam mengkomperasikan biaya dan kefektifan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.Dengan pendekatan ini, maka fungsi utama dari perencanaan pendidikan berusaha mengadakan assesmen tentang efektivitas dengan jalan menentukan hubungan antara tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan dengan hasil yang dicapai oleh proyek-proyek pendidikan itu.Dapat disimpulkan bahwa pendidikan ini sangat cocok diaplikasikan pada tingkat mikro.




Pendekatan-pendekatan yang digunakan perencanaan pendidikan yang dapat merupakan pengkombinasian antar beberapa pendekatan.Hal ini oleh karena perencanaan sistem pendidikan yang begitu dengan sifat kualitatif, normatifnya itu memerlukan pengkajian yang cermat dan komprehensif (Effendi, 2000:28).
Prinsip cost benefit adalah suatu aplikasi rasional individual tatkala memutuskan bagaimana cara terbaik membelanjakan uangnya sewaktu keinginannya melampaui kemampuannya. Ia mempelajari alternative-alternatif yang ada, menhitung cost setiap alternative, dan merumuskan kegunaan setiap alternative kemudian menetapkan alternative tertentu yang mempunyai rasio benefit tertinggi terhadap cost-nya.
Kesulitan praktis dalam mengukur cost dan benefit ini lebih berat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh teknik social demand dan man power. Mengukur cost dan benefit di lingkungan sistem pendidikan lebih sukar daripada menghitung cost dan benefit untuk pabrik baja, irigasi, atau pabrik pupuk. Penganut pendekatan ini, yang kemudian menamakan dengan pendekatan rate of return berusaha keras pantang mundur untuk mengadakan studi di beberapa Negara yang berbeda-beda.
Salah satu kelemahan dan kritik khusus adalah masalah the estimated income forgone by student yang dimasukkan ke dalam perhitungan biaya, terutama di Negara-negara yang dilanda masalah pengangguran. Kelemahan yang lebih serius berhubungan dengan perhitungan keuntungan di masa yang akan datang. Cara yang biasanya dipergunakan adalah menghitung perbedaan life time earning setiap orang yang merupakan akibat dari pendidikan yabng diperolehnya, dikurangi dengan persentase yang dibuat sebagai ganti dari sebab-sebab nonpendidikan terhadap pendapat ini. Tetapi perbedaan pendapat di masa yang akan datang, sehubungan dengan berbagai perbedaan pendidikan dihitung atas dasar perbedaan masa lampau dan masa sekarang. Secara implisit asumsinya akan tetap menjadi konstan di kemudian hari. Hal ini merupakan suatu asumsi yang sangat membingungkan.Begitu pula pendapatan pribadi yang merupakan hasil dari tambahan pendidikan digunakan sebagai ukuran keuntungan pribadi. Pendapatan pribadi yang sama juga digunakan sebagi ukuran yang menentukan keuntungan sosial yang oleh beberapa kritikus dianggap sebagai loncatan yang agak besar. Salah satu asumsi yang menopang di belakang metode perhitungan social benefit ini adalah rata-rata perbedaan upah dan gaji yang merupakan refleksi yang tepat dari produktivitas ekonomi relative dari orang-orang yang berbeda (Timan, 2004:19).
Walaupun pendidikan dasar sendiri tidak dipertimbangkan sebagai persiapan untuk kerja, beberapa studi rate of return telah mencapai kesimpulan yang sama, yaitu bahwa hasil ekonomi pendidikan dasar di negara-negara tersebut lebih tinggi dari hasil pendidikan universitas. Seandainya kelemahan ini dapat ditanggulangi, masih akan tetap ada masalah yaitu bahwa pendekatan rate of return hanya memberikan sebagian saja dari kebutuhan perencanaan dann decision maker sebagaimana yang diinginkan. Pendekatan ini memberi penjelasan tentang arah untuk menempatkan sumber-sumber (modal) untuk mendapatkan hasil yang terbaik, tetapi hasil memberi penjelasan sejauh mana kita pergi pada arah ini.





4. Cost Benefit Pendekatan
Cost benefit adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara keuntungan dan kerugian.Prinsip untung rugi inilah yang dipakai oleh individu yang rasional kalaumemutuskan bagaimana sebaiknya membelanjakan uang agar keinginannyatercapai.

C. Model Perencanaan Pendidikan
Beberapa model perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Model Perencanaan Komperehensif
Model ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara keseluruhan.Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik kearah tujuan-tujuan yang lebih luas.
2. Model Target Setting
Model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu.
3. Model Costing dan keefektifan biaya
Model ini sering digunakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis.Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi alternative penanggulangan masalah yang dihadapi.
4. Model PPBS
PPBS (planning, programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan pengertian, antara lain: Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan program jangka panjang


D. Karakteristik perencanaan pendidikan
Karakteristik perencanaan pendidikan yang baik yaitu:
1. Perencanaan pendidikan harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi karena pendidikan itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
2. Perencanaan pendidikan harus dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik seoptimal mungkin.
3. Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua anak didik.
4. Perencanaan pendidikan harus komprehensif  dan sistematis dalam arti tidak pasial atau sigemtaris tetapi menyeluruh, terpadu serta disusun secara logis  dan rasional serta mencakup berbagai jenis dan jenjang pendidikan
5. Perencanaan pendidikan harus berorientasi kepada pembangunan dalam arti bahwa program pendidikan haruslah ditujukan untuk membantu mempersiapkan manpower  yang dibutuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.
6. Perencanaan pendidikan harus dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen  pendidikan secara sistematis.
7. Perencanaan pendidikan harus menggunakan resources secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah langka.
8. Perencanaan pendidikan haruslah berorientasikan kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang  dan jauh untuk menghadapi masa depan.
9. Perencanaan pendidikan haruslah responsif terhadap kebutuhan  yang berkembang di masyarakat tidak sttais tapi dinamis.
10. Perencanaan pendidikan haruslah merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus-menerus berlangsung.


E. Praktik perencanaan pendidikan
Praktik perencanaan pembelajaran adalah mempraktekkan atau mengaplikasiakan teori perencanaan pembelajaran yang telah diterima di bangku kuliah dalam mengajar di sekolah.
            Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistim atau ketentuan yang ada sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu: perencanaan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tujuan sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik sehingga ketidakseimbangan antara input yang diberikan dan kapasitas pemrosesan dapat diminimalkan.
         Beberapa Model Perencanaan Pembelajaran yang ada ,yaitu: Model Glaser,Model J. E. Kemp, Model Sistemik, Model Briggs, Model Gerlach dan Ely, Model Bela H. Banathy, Model Dick dan Carey,Model Wong dan Raulsen, Model Kibler, Barker,  Miles, Model PPSI.   Hasil model perencanaan pembelajaran memang dikembangkan guna perbaikan model-model pembelajaran selanjutnya dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan.
  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.   Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke¬giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun  RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.












BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
  Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang akan melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum tentu sesuai hingga implementasi perencaan tersebut dibuktikan di kemudian hari.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu kami berharap agar mendapatkan kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca terutama dari dosen  pembimbing agar supaya dalam penulisan makalah selanjutnya mendapatkan hasil yang lebih baik







DAFTAR PUSTAKA

Usman,Husaini.2008. Manajemen :Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 61-137
Diakses dari :https://www.academia.edu/AreYouAnAuthor.
Pada Tanggal 12 September 2014, Pukul 06.00 WIB.
Diakses dari :http://dayatfarras.wordpress.com/2011/01/06/perencanaan-pendidikan/.
Pada Tanggal 12 September 2014, Pukul 06.15 WIB
Diakses dari :http://berkasmakalah.blogspot.com/2012/11/makalah-model-model-perencanaan.html.
Pada Tanggal 12 September 2014, Pukul  06.30 WIB
Diakses dari : http://stefanustawangmangu.blogspot.com/2013/08/praktek-perencanaan-pembelajaran.html
Pada Tanggal 12 September 2014, Pukul 06.45 WIB
Diakses dari :http://upikdonggala.blogspot.com/2012/03/makalah-perencanaan-pendidikan.html
Pada Tanggal 12 September 2014, Pukul 07.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar