BENTUK-BENTUK KURIKULUM
Bentuk-bentuk
kurikulum diantaranya sebagai berikut :
1.
WRITTEN KURIKULUM
Merupakan
kurikulum yang sudah terprogram dan terstruktur secara sistematis dan tertulis sebagai
acuan kegiatan pendidikan. Seperti halnya silabus.
2.
HIDDEN
KURIKULUM
Menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di
dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau
mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan
kata lain, konsep hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah
yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum
kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif
mengenai pengalaman sekolah.
Hidden (ketersembunyian) merupakan aspek alamiah dalam hal
yang berhubungan dengan pengalaman sekolah? pertanyaan ini perlu dimengerti dan
dipahami oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum.
Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti apa arti hidden curriculum.
Kurikulum tersembunyi (the
hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak direncanakan. [1]Hilda
Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning”,
yakni aktivitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi
kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup
pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut
kurikulum tersembunyi. Anak didik mempunyai aturan tersendiri sebagai reaksi
terhadap kurikulum formal seperti tentang mencontek, membuat pekerjaan rumah,
menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, mencari strategi belajar yang
efektif, dan banyak lagi hal lainnya.
Beberapa ahli pendidikan juga
mencoba menelaah hidden curriculum. Seperti [2]A.
V. Kelly dalam buku The Curriculum menjelaskan bahwa, :
Some
educationist speak of the hidden curriculum, by which they mean those thing
which pupils learn at school because of the way in which the work of the school
is planned and organized, and through, the materials provided, but which are
not in themselves overtly included in the planning or even in the consciousness
of those responsible for the school arrangements. Social roles, for example,
are learnt in this way, it is claimed, as are sex roles and attitudes to many
other aspects of living. Implicit in any set of arrangements are the attitudes
and values of those who create them, and these will be communicated to pupils
in this accidental and perhaps even sinister way. This factor is of course of
particular significance when the curriculum is planned and imposed by
government.
“Beberapa ahli pendidikan
berbicara tentang kurikulum tersembunyi, dengan apa yang mereka maksud dengan
hal yang siswa pelajari di sekolah. Karena cara dimana pelajaran/pekerjaan
sekolah yang direncanakan dan diatur melalui materi yang disediakan/diberikan,
tetapi apa yang tidak ada pada diri mereka pada lahirnya termasuk dalam
perencanaan atau meskipun kesadaran akan tanggung jawab pada susunan sekolah.
Peran sosial, contohnya dipelajari dengan cara ini, itu diklaim sebagaimana
peran dan sikap seseorang berdasar jenis kelamin terhadap aspek kehidupan
lainnya. Implisit disetiap wacana/susunan yaitu sikap dan nilai yang
membuatnya, dan ini akan disampaikan kepada siswa secara kebetulan atau mungkin
dengan cara menakutkan. Faktor ini pasti berarti ketika kurikulum direncanakan
dan ditentukan oleh pemerintah”.
Menurut [3]Overly
dan Valance, dalam Subandijah, hidden curriculum meliputi kurikulum yang tidak
dipelajari, hasil persekolahan non-akademik. Dalam kaitan ini, banyak para ahli
kurikulum yang mengajukan konsepsi maupun pengertian hidden curriculum,
misalnya:
[4]Kolhberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal
yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam
mentransformasikan standar moral.
Menurut Kritisi sosial seperti [5]Goodman,
friedenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden curriculum sebagai
aturan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai
struktur kelas dan norma sosial tertentu.
Kepustakaan:
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,
(Jakarta: PT Raja Grafindo,1996). Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum, Teori dan Praktik,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007). A. V. Kelly, The curriculum,
(London: SAGE Publications Limited, 2006)
3.
IDEAL KURIKULUM
DAN ACTUAL KURIKULUM
PENGERTIAN
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum
yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita citakan
sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum.
Kurikulum aktual, yaitu kurikulum
yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada
umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual
seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan
dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar
yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang
pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam
belajar mengajar.
Jadi, Kurikulum ideal adalah
kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau
program guru dalam proses belajar mengajar. Karena kurikulum ini menjadi
pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum formal atau
kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya pelaksanaan
kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Diantaranya
adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala
sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai
dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual. Semakin jauh
jarak antara kurikulum ideal dengan aktual maka dapat diperkirakan makin
buruklah kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.
Landasan Kurikulum Ideal dan Aktual
Kurikulum yang ideal dan dan aktual
harus disusun berlandaskan dasar sosiologis agar tercipta keseimbangan diantara
keduanya dan terciptalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Implementasi Kurikulum Ideal dan Aktual
Implemnetasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam
tahap sebelumnya, kemudian diuji coba dengan pelaksanaan dan pengelolaan,
dengan senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta
fisiknya.
Adapun tahapan implementasi
kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu:
a. Pengembangan
program, mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian.
Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
b. Pelaksanaan
pembelajaran, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
c. Evaluasi,
proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta
penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh
untuk keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.
4. NULL
KURIKULUM
Merupakan
kurikulum ekstra yang tidak terencana dan tidak tertulis seperti halnya silabus.
KOMENTAR SAYA :
Bentuk-bentuk Kurikulum ada 4
yang utama. Antara satu bentuk dengan bentuk lainnnya mempunyai keterkaitan
tujuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar