Senin, 05 Januari 2015

BENTUK BENTUK KURIKULUM

BENTUK-BENTUK KURIKULUM
Bentuk-bentuk kurikulum diantaranya sebagai berikut :
1.      WRITTEN KURIKULUM
Merupakan kurikulum yang sudah terprogram dan terstruktur secara sistematis dan tertulis sebagai acuan kegiatan pendidikan. Seperti halnya silabus.
2.       HIDDEN KURIKULUM 
Menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, konsep hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.
Hidden (ketersembunyian) merupakan aspek alamiah dalam hal yang berhubungan dengan pengalaman sekolah? pertanyaan ini perlu dimengerti dan dipahami oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum. Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti apa arti hidden curriculum.
Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak direncanakan. [1]Hilda Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning”, yakni aktivitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut kurikulum tersembunyi. Anak didik mempunyai aturan tersendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum formal seperti tentang mencontek, membuat pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, mencari strategi belajar yang efektif, dan banyak lagi hal lainnya.

Beberapa ahli pendidikan juga mencoba menelaah hidden curriculum. Seperti [2]A. V. Kelly dalam buku The Curriculum menjelaskan bahwa, :
Some educationist speak of the hidden curriculum, by which they mean those thing which pupils learn at school because of the way in which the work of the school is planned and organized, and through, the materials provided, but which are not in themselves overtly included in the planning or even in the consciousness of those responsible for the school arrangements. Social roles, for example, are learnt in this way, it is claimed, as are sex roles and attitudes to many other aspects of living. Implicit in any set of arrangements are the attitudes and values of those who create them, and these will be communicated to pupils in this accidental and perhaps even sinister way. This factor is of course of particular significance when the curriculum is planned and imposed by government.
“Beberapa ahli pendidikan berbicara tentang kurikulum tersembunyi, dengan apa yang mereka maksud dengan hal yang siswa pelajari di sekolah. Karena cara dimana pelajaran/pekerjaan sekolah yang direncanakan dan diatur melalui materi yang disediakan/diberikan, tetapi apa yang tidak ada pada diri mereka pada lahirnya termasuk dalam perencanaan atau meskipun kesadaran akan tanggung jawab pada susunan sekolah. Peran sosial, contohnya dipelajari dengan cara ini, itu diklaim sebagaimana peran dan sikap seseorang berdasar jenis kelamin terhadap aspek kehidupan lainnya. Implisit disetiap wacana/susunan yaitu sikap dan nilai yang membuatnya, dan ini akan disampaikan kepada siswa secara kebetulan atau mungkin dengan cara menakutkan. Faktor ini pasti berarti ketika kurikulum direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah”.
Menurut [3]Overly dan Valance, dalam Subandijah, hidden curriculum meliputi kurikulum yang tidak dipelajari, hasil persekolahan non-akademik. Dalam kaitan ini, banyak para ahli kurikulum yang mengajukan konsepsi maupun pengertian hidden curriculum, misalnya:
[4]Kolhberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentransformasikan standar moral.
Menurut Kritisi sosial seperti [5]Goodman, friedenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma sosial tertentu.
Kepustakaan:
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1996). Abdullah Idi, Pengembangan KurikulumTeori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007). A. V. Kelly, The curriculum, (London: SAGE Publications Limited, 2006)



3.      IDEAL KURIKULUM DAN ACTUAL KURIKULUM

PENGERTIAN
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum.
Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.   
Jadi, Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau program guru dalam proses belajar mengajar. Karena kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya pelaksanaan kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual. Semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan aktual maka dapat diperkirakan makin buruklah kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.
Landasan Kurikulum Ideal dan Aktual
Kurikulum yang ideal dan dan aktual harus disusun berlandaskan dasar sosiologis agar tercipta keseimbangan diantara keduanya dan terciptalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Implementasi Kurikulum Ideal dan Aktual
Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diuji coba dengan pelaksanaan dan pengelolaan, dengan senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu:
a.           Pengembangan program, mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
b.           Pelaksanaan pembelajaran, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
c.           Evaluasi, proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.



4.      NULL KURIKULUM
Merupakan kurikulum ekstra yang tidak terencana dan tidak tertulis seperti halnya silabus.


KOMENTAR SAYA :
Bentuk-bentuk Kurikulum ada 4 yang utama. Antara satu bentuk dengan bentuk lainnnya mempunyai keterkaitan tujuannya.



[1] Hilda Taba
[2] A. V. Kelly
[3] Overly dan Valance, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1996).
[4] Kolhberg
[5] Goodman, friedenberg, Reiner dan Illich

Tidak ada komentar:

Posting Komentar