Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses
pengembangan manusia.
Berikut
adalah beberapa landasan kurikulum :
1.
LANDASAN
FILOSOFI KURIKULUM
Pendidikan
berintikan interaksi antar manusia, terutama antar pendidik dan terdidik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang
menjadi tujuan pendiidkan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan
bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut merupakan pertanyaan –
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yaitu jawaban
– jawaban filosofis.
Istilah
filsafat berasal dari dua kata yunani, yaitu philein yang berarti cinta dan
sophia, yang berarti kebijaksanaan. Jadi, secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan. Falsafah atau pandangan hidup adalah sistem nilai dan
berbagai norma yang disetujui, baik oleh individu maupun masyarakat suatu
bangsa. Dari falsafah pendidikan, diperoleh gambaran ideal manusia yang dicita
– citakan oleh masyarakat dalam bangsa yang bersangkutan.
Landasan filosofis merupakan asumsi – asumsi tentang
hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai yang
menjadi titik tolak mengembangkan kurikulum. Asumsi – asumsi filosofis tersebut
berimplikasi pada perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi
pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan
pendidik. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini
diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
a.
Perenialisme : lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.
Essensialisme
: menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga
untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga
lebih berorientasi pada masa lalu.
c.
Eksistensialisme
: menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana
saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d.
Progresivisme : menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.
Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.
Rekonstruktivisme ; merupakan
elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme,
Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari
terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan,
filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran
filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun
demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya
mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan
lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.
LANDASAN
PSIKOLOGI KURIKULUM
Landasan
psikologis merupakan aumsi – asumsi yang bersumber dari psikologi yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi
yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan
peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar
mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar.
Psikologi
belajar mengetengahkan beberapa teori belajar yang masing – masing menelaah
proses mental dan intelektual perbuatan belajar tersebut. Kurikulum yang
dikembangkan hendaknya selaras dengan proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
Nana
Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya.
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya
dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
3.
LANDASAN
SOSIOLOGI KURIKULUM
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi
yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan
sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan
agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam
proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian
dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan
berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber
kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content).
Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa
pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau
usianya. Sumber masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah
berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat
pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam
pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan
memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar kurikulum yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai
gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial
atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam
suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang
telah memberikan jasanya kepada kita.
4.
LANDASAN
ORGANISATORIS KURIKULUM
Landasan adalah suatu gagasan atau
kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya
seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.Dengan demikian
landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu
asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum.
Merujuk
pada Pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Landasan Organisatoris
ialah sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang berkenaan
dengan organisasi kurikulum
itu sendiri. Landasan ini juga berkenaan dengan bentuk
dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.atau ringkasan singkatnya
ialah landasan organisatoris
mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran yakni organisasi kurikulum.
Bagaimana
bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang
terpisah-pisah, atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di Indonesia,
ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan dengan
menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran dalam bentuk kurikulum yang
terpadu.
Penerapan
Landasan Organisatoris
Landasan
pengembangan kurikulum ini memiliki peranan yang sangat penting, sehingga
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak
menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau
terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah rubuh dan
rusak.
Demikian
pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat,
maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan
adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri
Dalam
pengembangan kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional.
Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
a. Kurikulum
yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
subject curriculum)
Kurikulum ini merupakan penyajian
bahan pelajaran dalam bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Isinya ialah
pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan sistematis dari masing-masing
bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur yang terpisah-pisah. Pada dasarnya tak ada
pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.
Pengorganisasian separate - subject curriculum benar –
benar disusun berdasarkan orientasi pada mata pelajaran. Kurikulum bentuk
terpisah ini sangat menekankan pada pembentukan intelektual dan kurang
mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan. Hal ini yang penting dalam
pengorganisasian kurikulum ialah pengurutan bahan pelajaran. Pengurutan
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga benar – benar terjaga kesinambungan
bahan. Harus diperhatikan masalah keterulangan dan keterlewatan bahan pelajaran
yang sudah dipelajari siswa dikelas sebelumnya. Penyusunan kurikulum jenis ini
disusun oleh tim. Tim ini terdiri atas tokoh dan ahli pendidikan serta para
ahli dalam disiplin keilmuan tertentu. Kurikulum ini memang sudad ditetapkan
pengalaman – pengalaman apa saja yang akan ditempuh siswa dalam
relajar. Biasanya
pelajaran serta bukunya telah disiapkan sebelumnya.
Kelebihan separate –
subject curriculum
Model separate – subject curriculum ini
memiliki kelebihan yaitu :
1) Bahan
pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis.
2) Organisasi
kurikulum sederhana serta mudah direncanakan
dan dilaksanakan.
3) Kurikulum
mudah dinilai.
4) Memudahkan
guru sebagai pelaksana kurikulum.
5) Kurikulum
ini juga dipakai di perguruan tinggi.
6) Kurikulum
ini mudah diubah.
Kelemahan separate –
subject curriculum
Separate – subject curriculum juga memiliki
sejumlah kekurangan yaitu :
1) Mata
pelajaran terpisah – pisah.
2) Kurang
memperhatikan masalah kehidupan sehari – hari.
3) Cenderung
statis dan ketinggalan zaman.
4) Tujuan
kurikulum sangat terbatas.
b. Kurikulum yang berisi
sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan (Correlated
curriculum)
Correlated
Subject Curriculum dikembangkan dengan semangat menata/mengelola keterhubungan
antarberbagai mata pelajaran. Antar fenomena kenyataan kehidupan saling terkait maka
tidak mungkin jika kita membicarakan satu mata pelajaran tanpa menyinggung sama
sekali mata pelajaran yang lain. Untuk itulah diperlukan suatu bentuk kurikulum
yang mampu memberikan pengalaman belajar antara mata pelajaran yang satu dengan
yang lainnya.
Adanya upaya menata keterhubungan antar mata
pelajaran inilah yang kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang dikenal dengan
Correlated Subject. Didalam Correlated Subject ini kita
tidak harus memaksakan adanya hubungan antarmata palajaran.
Upaya untuk menghubungkan antarmata
pelajaran dapat dilakukan berbagai cara yaitu:
1) Menghubuhkan
secara insidental pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan.
Misalnya, dua orang guru atau lebih menemukan adanya bahan pelajaran yang dapat
dihubungkan.
2) Menghubungkan
secara lebih erat dan terencana pengaitan antarmata pelajaran disebabkan adanya
suatu pokok bahasan yang dapat dibahas diberbagai mata pelajaran. Misalnya,
masalah etika, moral dan kependudukan dapat dibicarakan pada mata pelajaran
PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Agama dilakukan secara terencana, bukan hanya
kebetulan.
3) Menghubungkan
beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang ada penggabungan mata
pelajaran ini lazm disebut broard – flieds, yang sebenarnya berarti suatu
kesatuan yang tidak terbagi dalam bagian – bagian, namun pada kenyataan
dilapangan menunjukan bahwa penggabungan itu masih sebatas pada kumpulan bidang
– bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang bahan/materi pelajarannya
dikurangi. Oleh karenanya, hal tersebut sebenarnya masih bersifat subject
centered (berorientasi pada mata pelajaran), hanya saja telah dimodifikasi dari
bentuknya yang tradisional.
Kelebihan Corelated Curriculum
Kelebihan
kurikulum ini adalah :
1) Mendukung
keutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar murid.
2) Memungkinkan
penerapan hasil belajar yang lebih fungsional.
3) Meningkatkan
minat belajar siswa.
kelemahan
Corelated Curriculum
1. Tidak
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam mengenai berbagai mata
pelajaran, akibat luasnya ruang lingkup dari mata pelajaran itu.
2. Dalam
pelaksanaan banyak guru yang masih mempunyai orientasi pada mata pelajaran atau
disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan mereka pada umumnya masih
terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa kesulitan menggunakan pendekatan
interdisipliner.
3. asih ada mata pelajaran
meskipun dibenikan dalam bentuk korelasi atau fusi, hal ini cenderung menyebabkan
kurangnya minat. Karena mata pelajaran-matapelajaran itu tidak disesuaikan
dengan kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/
hampir semua mata pelajaran (integrated curriculum)
Ciri
dari kurikulum ini adalah tiadanya batas atau sekat dalam mata pelajaran. Semua mata
pelajaran dilebur menjadi satu dalam bentuk unit.Oleh karena itu, kurikulum ini disebut
juga kurikulum unit. Intergrated Curriculum tidak sekedar brerupa keterpaduan
bentuk yang melebur berbagai mata pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang
akan dicapai dalam belajar.
Melalui keterpaduan ini diharapkan pula dapat terbentuk
keutuhan kepribadian anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakat
sehingga sekolah harus benar – benar mengajarkan sesuai dengan situasi,
masalah, dan kebutuhan kehidupan di masyarakat.
Adapun pemilihan masalah, terdapat dua pendapat yang
saling bertentangan yaitu pendapat yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan
pendapat yang mengutamakan minat dan kebutuhan anak didik. Hal tersebut bukan
hambatan, kita masih dapat mengambil jalan tengah yaitu dengan memilih yang
masalah yang sesuai dengan minat dan bakat anak namun masalah tersebut
memperhatikan kebutuhan sosialnya.
Integrated Curriculum memiliki
karakteristik, yaitu :
1) Merupakan
kesatuan utuh bahan pelajaran.
2) Unit
disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi maupun sosial.
3) Dalam
unit, anak dihadapkan pada berbagai situasi yang mengandung permasalahan yang
berhubungan dengan kebutuhan sehari – hari yang dikaitkan dengan pelajaran di
sekolah.
4) Unit
mempergunakan dorongan – dorongan sewajarnya pada diri anak dengan melandaskan
pada teori – teori belajar.
5) Pelaksanaan
unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari pada model pelajaran biasa.
Kelebihan Integrated Curriculum
1) Segala hal
yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain, bukan sekedar
fakta-fakta terpisah.
2) Sesuai dengan
teori baru yang mendasarkan pada pengalaman.
3) Memungkinkan
hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat.
Kelemahan Integrated Curriculum
1) Tidak
Mempunyai organisasi yang logis dan sistematis.
2) Para
guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk unit.
3) Pelaksanaan
kurikulum unit sangat memerlukan waktu, peralatan, sarana, danprasarana yang
cukup.
4) Tidak
memiliki standar hasil belajar yang jelas, sehingga sulit mengukur kemampuan
anak secara nasional.
5.
LANDASAN SOSIAL
BUDAYA
Landasan sosial budaya merupakan asumsi – asumsi yang
bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta didik hidup
berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
Kebudayaan
bukan hanya berupa material belaka, melainkan juga berupa sikap mental, cara
berpikir dan kebiasaan hidup. Kebudayaan mencakup berbagai dimensi, diantaranya
keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan rekreasi. Semua
dimensi tersebut hendaknya dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum
6.
LANDASAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pengembangan kurikulum merupakan asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil
riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik
tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan
sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware
maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
KOMENTAR SAYA :
Kurikulum merupakan kata yang sudah tidak asing lagi. dan sudah sangat
tenar dalam dunia pendidikan. Kurikulum itu dapat diistilahkan sebagai
jantungnya pendidikan. Mengapa? Karena di dalam kurikulum terdapat isi materi,
metode pembelajaran dan media yang harus digunakan dengan berlandaskan pada
landasan-landasannya. Diantara landasannya yaitu :
a. Landasan filosofi
b. Landasan psikologi
c. Landasan sosial budaya
d. Landasan sosiologi
e. Landasan organisatoris
f. Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam pengaplikasiannya, apabila landasan-landasan
tersebut digunakan sebaik-baiknya dalam kurikulum maka akan terbentuk kurikulum
yang kuat dan sesuai dengan kebutuhan yang selalu berkembang.
Landasan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor – faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum ketika hendak
mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan, baik
lembaga berupa sekolah maupun lembaga non sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar