Senin, 05 Januari 2015

LANDASAN KURIKULUM

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Berikut adalah beberapa landasan kurikulum :
1.      LANDASAN FILOSOFI KURIKULUM
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antar pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendiidkan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut merupakan pertanyaan – pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yaitu jawaban – jawaban filosofis.
Istilah filsafat berasal dari dua kata yunani, yaitu philein yang berarti cinta dan sophia, yang berarti kebijaksanaan. Jadi, secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Falsafah atau pandangan hidup adalah sistem nilai dan berbagai norma yang disetujui, baik oleh individu maupun masyarakat suatu bangsa. Dari falsafah pendidikan, diperoleh gambaran ideal manusia yang dicita – citakan oleh masyarakat dalam bangsa yang bersangkutan.
Landasan filosofis merupakan asumsi – asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak mengembangkan kurikulum. Asumsi – asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
a.       Perenialisme :  lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b.      Essensialisme :  menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c.       Eksistensialisme :  menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d.      Progresivisme  : menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e.       Rekonstruktivisme   ; merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional. Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.


2.      LANDASAN PSIKOLOGI KURIKULUM
Landasan psikologis merupakan aumsi – asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar.
Psikologi belajar mengetengahkan beberapa teori belajar yang masing – masing menelaah proses mental dan intelektual perbuatan belajar tersebut. Kurikulum yang dikembangkan hendaknya selaras dengan proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
3.      LANDASAN SOSIOLOGI KURIKULUM
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada kita.

4.      LANDASAN ORGANISATORIS KURIKULUM
Landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Merujuk pada Pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Landasan Organisatoris ialah sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang berkenaan dengan organisasi kurikulum itu  sendiri. Landasan ini juga berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.atau ringkasan singkatnya ialah  landasan organisatoris mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran yakni organisasi kurikulum.
Bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di Indonesia, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran dalam bentuk kurikulum yang terpadu.
Penerapan Landasan Organisatoris
Landasan pengembangan kurikulum ini memiliki peranan yang sangat penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah rubuh dan rusak.           
 Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri
Dalam pengembangan kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional. Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
a.       Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
Kurikulum ini merupakan penyajian bahan pelajaran dalam bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Isinya ialah pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan sistematis dari masing-masing bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur yang terpisah-pisah. Pada dasarnya tak ada pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.
Pengorganisasian separate - subject curriculum benar – benar disusun berdasarkan orientasi pada mata pelajaran. Kurikulum bentuk terpisah ini sangat menekankan pada pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan. Hal ini yang penting dalam pengorganisasian kurikulum ialah pengurutan bahan pelajaran. Pengurutan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga benar – benar terjaga kesinambungan bahan. Harus diperhatikan masalah keterulangan dan keterlewatan bahan pelajaran yang sudah dipelajari siswa dikelas sebelumnya. Penyusunan kurikulum jenis ini disusun oleh tim. Tim ini terdiri atas tokoh dan ahli pendidikan serta para ahli dalam disiplin keilmuan tertentu. Kurikulum ini memang sudad ditetapkan pengalaman – pengalaman  apa saja yang akan ditempuh siswa dalam relajar. Biasanya pelajaran serta bukunya telah disiapkan sebelumnya.
 Kelebihan separate – subject curriculum
Model separate – subject curriculum ini memiliki kelebihan yaitu :
1)       Bahan pelajaran  tersajikan secara logis dan sistematis.
2)       Organisasi kurikulum sederhana serta mudah direncanakan dan    dilaksanakan.
3)       Kurikulum mudah dinilai.
4)       Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum.
5)       Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi.
6)       Kurikulum ini mudah diubah.

 Kelemahan separate – subject curriculum
 Separate – subject curriculum juga memiliki sejumlah kekurangan yaitu :
1)       Mata pelajaran terpisah – pisah.
2)       Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari – hari.
3)       Cenderung statis dan ketinggalan zaman.
4)       Tujuan kurikulum sangat terbatas.

b.  Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan (Correlated curriculum)
Correlated Subject Curriculum dikembangkan dengan semangat menata/mengelola keterhubungan antarberbagai mata pelajaran. Antar fenomena kenyataan kehidupan saling terkait maka tidak mungkin jika kita membicarakan satu mata pelajaran tanpa menyinggung sama sekali mata pelajaran yang lain. Untuk itulah diperlukan suatu bentuk kurikulum yang mampu memberikan pengalaman belajar antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
 Adanya upaya menata keterhubungan antar mata pelajaran inilah yang kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang dikenal dengan Correlated Subject. Didalam Correlated Subject ini kita tidak harus memaksakan adanya hubungan antarmata palajaran.
Upaya untuk menghubungkan antarmata pelajaran dapat dilakukan berbagai cara yaitu:
1)       Menghubuhkan secara insidental pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan. Misalnya, dua orang guru atau lebih menemukan adanya bahan pelajaran yang dapat dihubungkan.
2)       Menghubungkan secara lebih erat dan terencana pengaitan antarmata pelajaran disebabkan adanya suatu pokok bahasan yang dapat dibahas diberbagai mata pelajaran. Misalnya, masalah etika, moral dan kependudukan dapat dibicarakan pada mata pelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Agama dilakukan secara terencana, bukan hanya kebetulan.
3)       Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang ada penggabungan mata pelajaran ini lazm disebut broard – flieds, yang sebenarnya berarti suatu kesatuan yang tidak terbagi dalam bagian – bagian, namun pada kenyataan dilapangan menunjukan bahwa penggabungan itu masih sebatas pada kumpulan bidang – bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang bahan/materi pelajarannya dikurangi. Oleh karenanya, hal tersebut sebenarnya masih bersifat subject centered (berorientasi pada mata pelajaran), hanya saja telah dimodifikasi dari bentuknya yang tradisional.
 Kelebihan Corelated Curriculum
  Kelebihan kurikulum ini adalah :
1)      Mendukung keutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar murid.
2)       Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional.
3)       Meningkatkan minat belajar siswa.
                                                                                
kelemahan Corelated Curriculum
1. Tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam mengenai berbagai mata pelajaran, akibat luasnya ruang lingkup dari mata pelajaran itu.
2. Dalam pelaksanaan banyak guru yang masih mempunyai orientasi pada mata pelajaran atau disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan mereka pada umumnya masih terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa kesulitan menggunakan pendekatan interdisipliner.
3.  asih ada mata pelajaran meskipun dibenikan dalam bentuk korelasi atau fusi, hal ini cenderung menyebabkan kurangnya minat. Karena mata pelajaran-matapelajaran itu tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran (integrated curriculum)
        Ciri dari kurikulum ini adalah tiadanya batas atau sekat dalam mata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi satu dalam bentuk unit.Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga kurikulum unit. Intergrated Curriculum tidak sekedar brerupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai mata pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.
Melalui keterpaduan ini diharapkan pula dapat terbentuk keutuhan kepribadian anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakat sehingga sekolah harus benar – benar mengajarkan sesuai dengan situasi, masalah, dan kebutuhan kehidupan di masyarakat.
Adapun pemilihan masalah, terdapat dua pendapat yang saling bertentangan yaitu pendapat yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan pendapat yang mengutamakan minat dan kebutuhan anak didik. Hal tersebut bukan hambatan, kita masih dapat mengambil jalan tengah yaitu dengan memilih yang masalah yang sesuai dengan minat dan bakat anak namun masalah tersebut memperhatikan kebutuhan sosialnya.
Integrated Curriculum memiliki karakteristik, yaitu :
1)       Merupakan kesatuan utuh bahan pelajaran.
2)       Unit disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi maupun sosial.
3)       Dalam unit, anak dihadapkan pada berbagai situasi yang mengandung permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan sehari – hari yang dikaitkan dengan pelajaran di sekolah.
4)       Unit mempergunakan dorongan – dorongan sewajarnya pada diri anak dengan melandaskan pada teori – teori belajar.
5)       Pelaksanaan unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari pada model pelajaran biasa.

 Kelebihan Integrated Curriculum
1)       Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain, bukan sekedar fakta-fakta terpisah.
2)       Sesuai dengan teori baru yang mendasarkan pada pengalaman.
3)       Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat.

 Kelemahan Integrated Curriculum
1)       Tidak Mempunyai organisasi yang logis dan sistematis.
2)       Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk unit.
3)       Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu, peralatan, sarana, danprasarana yang cukup.
4)       Tidak memiliki standar hasil belajar yang jelas, sehingga sulit mengukur kemampuan anak secara nasional.

5.      LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Landasan sosial budaya merupakan asumsi – asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
Kebudayaan bukan hanya berupa material belaka, melainkan juga berupa sikap mental, cara berpikir dan kebiasaan hidup. Kebudayaan mencakup berbagai dimensi, diantaranya keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan rekreasi. Semua dimensi tersebut hendaknya dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum


6.      LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum merupakan asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.






KOMENTAR SAYA :
Kurikulum merupakan kata yang sudah tidak asing lagi. dan sudah sangat tenar dalam dunia pendidikan. Kurikulum itu dapat diistilahkan sebagai jantungnya pendidikan. Mengapa? Karena di dalam kurikulum terdapat isi materi, metode pembelajaran dan media yang harus digunakan dengan berlandaskan pada landasan-landasannya. Diantara landasannya yaitu :
a.       Landasan filosofi
b.      Landasan psikologi
c.       Landasan sosial budaya
d.      Landasan sosiologi
e.       Landasan organisatoris
f.       Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam pengaplikasiannya, apabila landasan-landasan tersebut digunakan sebaik-baiknya dalam kurikulum maka akan terbentuk kurikulum yang kuat dan sesuai dengan kebutuhan yang selalu berkembang.
     Landasan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor – faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan, baik lembaga berupa sekolah maupun lembaga non sekolah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar