A.
Sumber dan Tipe
Prinsip Pengembangan Kurikulum
[1] Menurut Oliva
(1992) ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu :
Data
empiris menunjukan adanya pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif.
2.
Data eksperimen (experiment data)
Data
eksperimen berkaitan dengan temuan-temuan
hasil penelitian. Temuan hasil penelitian yang dipandang valid dan
reliabel sehingga tingkat kebenaran dan akurasinya lebih meyakinkan untuk
dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Dalam fakta kehidupan, data
hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Banyak data-data
lainnya yang diperoleh bukan dari hasil penelitian tetapi terbukti efektif
untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks, diantaranya adat
kebiasaan yang hidup di masyarakat. Bahkan data yang diperoleh dari penelitian
sendiri digunakan setelah melali proses pertimbangan dan penilaian akal sehat
terlebih dahulu.
3.
Cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of
curriculum)
Folklor
adalah sebagian dari kebudayaan yang berbentuk lisan, bukan tertulis, seperti
cerita-cerita atau legenda. Menurut Brunvand, folklore dapat dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu :
a.
Folklore lisan
Seperti
dialek, julukan, titel, peribahasa, teka-teki, syair rakyat, cerita rakyat,
mitos, legenda, dongeng, dan nyanyian rakyat.
b.
Folklore setengah lisan
Seperti
kepercayaan rakyat dan tahayul. Aspek kebudayaan seperti ini bukan saja lisan, tetapi
juga berupa perbuatan seperti permainan rakyat, drama, wayang, ludruk, tari
adat, upacara, dan pesta.
c.
Folklore yang bukan lisan, baik materil (arsitektur,
kerajinan tangan, pakaian, perhiasan, seni masak, obat-obatan) maupun bukan
materil (gerak, isyarat, musik rakyat).
Folklore mempunyai berbagai
fungsi, antara lain sebagai bahan hiburan, sebagai suatu sistem proyeksi,
sebagai pengesahan suatu adat kebiasaan, sebagai bahan pendidikan , sebagai
sosial pressure and social control. Dengan demikian, semua jenis data tersebut
sangat berguna bagi kegiatan pengembangan kurikulum, sebagai sumber prinsip
yang akan dijadikan pegangan.
4.
Akal sehat (common
sense)
B.
Prinsip-prinsip
umum pengembangan kurikulum
[3]Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip-prinsip umum
pengembangan kurikulum adalah :
1.
Prinsip berorientasi pada tujuan dan kompetensi
Tujuan yang dimaksud adalah hal yang ingin dicapai dalam pendidikan. Tujuan
pendidikan mempunyai tingkatan/hierarki tertentu, mulai dari yang umum sampai
yang khusus. Tujuan yang dimaksud meliputi tujuan nasional, institusional,
kurikuler, pembelajaran umum, pembelajaran khusus. Tujuan pendidikan harus
mencakup semua aspek perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Kompetensi adalah perpaduan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berpikir dan
pola bertindak. Ciri utama prinsip ini adalah digunakannya pemikiran yang
sistematik dan sistemikdi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu,
langkah pertama yang harus dilakukan oleh pengembang kurikulum adalah
menetapkan standar kompetensi lulusan.
Prinsip
ini terdiri atas dua jenis, yaitu :
a.
Relevansi eksternal
Menunjukkan relevansi antara kurikulum dengan lingkungan hidup peserta
didik dan masyarakat, perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan
datang serta tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan. Jika relevansi eksternal
ini tidak terpenuhi, berarti kurikulum tersebut tidak ada artinya bagi
kehidupan masyarakat.
b.
Relevansi internal
Artinya
relevansi 1di antara komponen kurikulum itu sendiri. Suatu kurikulum yang baik
harus memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan
konsistensi antar komponennya. Misalnya pengembangan isi/bahan yang akan
disampaikan kepada peserta didik dan tujuan kurikulum, pengembangan evaluasi
harus relevan dengan proses pembelajaran, isi/bahan, dan tujuan kurikulum.
3.
Prinsip efisiensi
Prinsip
efisiensi dalam kurikulum tentu sulit digunakan bila dibandingkan dengan produk
suatu perusahaan atau mesin. Prinsip ini perlu dipertimbangkan terutama yang
menyangkut tentang waktu, tenaga, peralatan, dan dana. Kurikulum harus bisa
diterapkan dalam praktek pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurikuler
mendayagunakan waktu, tenaga, biaya,dan sumber-sumber lain secara cermat dan
tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan memenuhi harapan.
4.
Prinsip keefektifan
Prinsip ini dapat ditinjau dari
dua dimensi, yaitu proses dari produk. Dimensi proses mengacu pada keefektifan
proses pembelajara sebagai real curriculum. Sedangkan dimensi produk mengacu
pada hasil yang ingin dicapai implikasinya adalah para pengembang kurikuum
harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan hasil, yaitu
menguasai kompetensi tanpa ada kegiatan yang mubadzir.
5.
Prinsip fleksibilitas
Kurikulum harus dikembangkan
secara lentur (tidak kaku), baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil yang
diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel mengembangkan program
pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metod media
pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga harus
fleksibel memilih program pendidikan. Implikasinya adalah para pengembang
kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat luwes, dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan serta ketersediaan waktu
tanpa merombak standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
6.
Prinsip integritas
Kurikulum harus dikembangkan
berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna berstrusktur.
Keseluruhan bukan merupakan penjumlahan dari bagian-bagian melinkan suatu
totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap
abagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam struktur
tertentu. Implikasinya adalah para pengembang kurikulum harus memperhatikan dan
mengusahakanagar pendidikan dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan
manusia yang seutuhnya.
7.
Prinsip kontinuitas
Kurikulum harus dikembangkan
secara berkesinambungan, bersinambung antara mata elajara, antar kelas, maupun
antar jenjang pendidijkan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan bisa maju
secara sistematis, dimana pendidikan pada pada kelas atau jenjang yang lebih
rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada di atasnuya. Dengan demikian,
aka terhindar dari tidak terpenuhinya
kemampuan prasyarat awal siswa untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau
jenjangpendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-
pengulangan program dan aktifitas belajar yang tidak perlu.
Implikasinya
adalah mengsahakan agar setiap kegiatan-kegiatan kurikuler merupakan bagian
yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik secara
vrtikal maupun horizontal.
8.
Prinsip sinkronisasi
Kurikulum harus dikembangkan
dengan mengusahakan agar smua kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan
kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapat serasi, slaras, seimbang,
searah, dan setujuan . jangan sampai teradi suatu kegiatan kurikuler menghambat
, berlawanan dan mematikankegiatan-kegiatan kurikuler lainnya termask dengan
kegiatan ekstar dan kokurikuler.
9.
Prinsip objektivitas
Kurikulum harus dikembangkan
dengan mengusahakan agar kegiatan (intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan
kokuler) dilakukan dengan tatnan kebenaran ilmiah serta mengesampingkan
pengaruhsubjektivitas, emosional dan irasional..
10.
Prinsip demokrasi
Bangsa
indonesia yang tengah melakukan reformasi menuju kehidupan demokratis pada
penghujung abad ke-20, harus berpikir bahwa institusi harus dapat mendukung untuk
mewujudkan kehidupan demokratis di dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
sekolah, masyarakat, lembaga pemerintah, maupun yang non-pemerintah. Demokrasi
dalam suatu negara akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang
memiliki kehidupan demokratis. pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi yaitu pengharagaan terhadap kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta
ddik. Dalam praktiknya, pengembang kurikulum hendaknya memposisikan peserta
didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya. Selanjutnya oliva (1992)
mengemukakan sepuluh prinsip pengembangan kurikulum yaitu : (a) perubahan
kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan karena sangat diperlukan
, (b) kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan, (c) perubahan
kurikulum masa lalu sering terdapat persamaan bahkan tumpang tindih dengan
perubahan kurikulum yang terjadi masa kini, (d) perubahan kurikulum akan
terjadi dan berhasil sebagai dampak dari perubahan pada orang-orang atau
masyarakat, (e) pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok, (f)
pengembangan kurikulum pada dasarnya proses menentukan pilihan dari sekian
alternatif yang ada, (g) pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir, (h) pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara
komprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah, (i) pengembangan
kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu proses yang
sistematis, dan (j) pengembangan kurikulum dilakukan dengan bertitik tolak dari
kurikulum yang ada.
Prinsip-prinsip
tersebut berasal dari bermacam-macam sumber pandangan, seperti psikologi,
sosiologi, manajemen, ekonomi, pendidikan, filsafat, politik dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit
didalam kurikulum sekolah. Implementasinya dapat dikaji dari keseluruhan isi
buku kurikulum tersebut atau di dalam pelaksanaan kurikulum dan evaluasi
kurikulum.
Suatu kurikulum dapat dikatakan tidak lagi
mengemban fungsi yag sebenarnya. Kurikulum itu berjalan secara semu. Apalagi
bagi kurikulum yang telah lama sekali tidak direvisi atau kurikulum pada
lembaga-lembaga pendidikan yang personelnya sedang dibebani bermacam-macam
kegiatan yang bertemakan pendidikan kemasyarakatan. Di indonesia, misalnya,
sering terjadi semacam gerakan pendidikan kemasyarakatan,seperti kegiatan pengumpulan
dana sosial, pendidikan kader masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan itun pasti
menganut prinsip-prinsip pendidikan yang baik, tetapi sayang tidak terwadahi di
dalam kurikulum yang sedang dilaksanakan.
C.
Prinsip-prinsip
khusus pengembangan kurikulum
Disamping prinsip-prinsip umum diatas, ada juga prinsip
khusus yang bersumber dari anatomi kurikulum, yaitu :
1.
Prinsip-prinsip tujaun kurikulum
Prinsip
ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam pengembangan
kurikulum. Menurut hilda taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu kebudayaan
masyarakat, individu, dan mata pelajaran disiplin ilmu.
2.
Prinsip-prinsip isi kurikulum
Prinsip
ini menunjukan :
a.
Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu
negara,
b.
Isi kurikulum harus diintregasikan dalam nation dan
character building,
c.
Isi kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan
karya agar peserta didik memiliki mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi
keyakinan agamanya, cerdas, trampil, serta memiliki fisik yang sehaat dan kuat,
d.
Isi kurikulum harus mempersiapkan sikap dan mental
peserta didik untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dalam masyarakat,
e.
Isi kurikulum harus memadukan antara teori dan praktek
f.
Isi kurikulum harus memadukan pengetahuan, keterampilan
dan sikap dan nilai-nilai,
g.
Isi kurikulum harus diselaraskan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern,
h.
Isi kurikulum harus sesuai dengan minat kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat.
i.
Isi kurikulum harus dapat mengintegrasikan kegiatan
intra, ekstra dan kokurikuler
3.
Prinsip-prinsip didaktik-metodik
Prinsip
ini meliputi :
a.
Semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus
fungsonal dan praktis,
b.
Pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf
pemahaman dan perkembangan peserta didik,
c.
Guru harus membangkitkan dan memupuk minat
d.
Penyajian bahan pelajaran harus berbentuk jalinan teori
dan praktik,
e.
Guru harus dapat memadukan kegiatan belajar individual
maupun kelompok.
f.
Guru harus dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai
peserta didik
g.
Guru harus memberikan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik.
4.
Prinsip yang berkenaan dengan media dan sumber belajar
Prinsip
ini menunjukkan kesesuaian medi dan sumber belajar dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran,
tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kemampuan guru, praktix-ekonomis,
untuk itu pengembangan kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor antara lain
objektivitas, program pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondisi, kualitas
media, keefektifan dan efisiensi penggunaan.
5.
Prinsip-prinsip evaluasi
Prinsip ini
meliputi : prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas, prinsip
objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas.
Komentar saya :
Pengembangan kurikulum harus berdasarkan pada
prinsip-prinsip tertentu. Prinsip yang telah disebutkan diatas dalam
pengembangan kurikulum merupakan kaidah, norma, pertimbangan atau aturan yang
menjiwai kurikulum itu. Pengembangan kurikulum dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang di dalam kehidupan sehari-hari atau
membuat prinsip-prinsip baru sendiri oleh sebab itu terkadang kita bisa menemui
prinsip yang digunakan sekolah A berbeda dengan prinsip yang digunakan di
sekolah B.
Prinsip umum dan prinsip khusus pengembangan kurikulum
memiliki manfaat yang dapat kita ambil. Kita bisa menggunakannya secara
bersamaan karena antara satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.
Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang disajikan di atas sifatnya tidak kaku,
masih mungkin untuk dimodifikasi, ditambah atau dikurangi sesuai dengan
kebutuhan.
REFERENSI : arifin, zainal, konsep model pengembangan kurikulum, Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar