Pada tanggal 12 Mei 2015 , mata kuliah Psikologi
Pendidikan di kelas mempelajari materi Konsep diri yang pada hakikatnya adalah
penggambaran diri.
Pengertian Konsep Diri
Konsep
diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian. Seperti
dikemukakan oleh Rogers (dalam Hall & Lindzey, 1985) bahwa konsep
kepribadian yang paling utama adalah diri. Secara umum, Greenwald et al.,
(dalam Campbell et al., 1996) menjelaskan bahwa konsep diri sebagai suatu
organisasi dinamis didefinisikan
sebagai skema kognitif tentang diri sendiri yang mencakup sifat-sifat,
nilai-nilai, peristia-peristiwa, dan memori semantik tentang diri sendiri serta
control terhadap pengolahan informasi diri yang relevan.
Konsep
diri mengandung makna penerimaan diri dan identitas diri yang merupakan
konsepsi inti yang relative stabil (Sullivan, dalam Leonard et al., 1995),
namun dalam situasi interaksi social konsep diri bersifat dnamis (Capon &
Owens, 2000), persepsi terhadap diri sendiri yang didasarkan pada pengalaman
dari interprestasi terhadap diri dan lingkungan dan strktur yang bersifat
multidimensional berkaitan dengan konsepsi atau penilaian individu tentang diri
sendiri
Referensi : Prof.
Dr. Syamsul Bachri Thalib, M. Si. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif. Kencana Prenada Media Group. Hal 121
Song
dan Hattie (1984) menyatakan bahwa aspek-aspek konsep diri dibedakan menjadi
konsep diri akademis dan konsep diri non-akademis. Konsep diri non-akademis
dibedakan lagi menjadi konsep diri social dan penampilan diri. Jadi, pada
dasarnya konsep diri mencakup aspek konsep diri akademis, konsep diri social,
dan konsep diri penampilan diri.
Perkembangan
Konsep Diri
Konsep
diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Dalam berinteraksi ini setiap individu akan menerima tanggapan.
Tanggapan yang diterima tersebut dijadikan cermin bagi individu untuk menilai
dan memandang dirinya sendiri, terutama didasarkan tanggapan orang penting
dalam hidup anak, yaitu orang tua, guru, teman sebaya mereka. Jadi, konsep diri
terbentuk karena suatu prosesumpan balik dari individu lain. Bila anak yakin
bahwa orang-orang yang penting baginya menyenangi mereka, maka mereka akan
berpikir positif tentang diri mereka dan sebaliknya.
Sebagaimana
halnya dalam perkembangan pada umumnya, keluarga, khususnya orang tua berperan
penting dalam prkembangan konsep
diri anak. Konsep diri tebentuk dan atau berkembang secara gradual dalam proses
pengasuhan termasuk intraksi interpersonal antara ibu-anak.
Selanjutnya,
Friedman (1997) menjelaskan bahwa pengasuhan orang tua berdampak pada konstuk
psikologis anak. Model pengasuhan yanngpermisitif dan otoritercenderung
mengakibatkan konsep diri dan kompetensi social yang rendah. Pengasuhan dengan
model otoritatif cenderung menghasilkan konsep diri, kompetensi social, dan
independensi yang tinggi.
Berdasarkan
telaah deskriptif dan analisis empiris mengenai konsep diri dapat dikemukakan
bahwa factor-faktor yang memengaruhi konsep diri siswa mencakup factor keadaan
fisik dan penilaian orang lain mengenai fisik individu; factor keluarga
termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku kekerasan, sikap saudara,
dan status social ekonomi; dan factor lingkungan sekolah. (Prof. Dr. Syamsul
Bachri Thalib, M.Si. 2010.
Referensi - Psikologi Pendidikan
Berbasis Analisis EmpirisAlokatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group hal 124).
Fungsi konsep diri
Konsep diri merupakan filter dan mekanisme yang
mewarnai pengalaman keseharian. Siswa yang menunjukkan konsep diri yang rendah
atau negative, akan memandang dunia sekitarnya secara negative. Sebaliknya,
siswa yang mempunyai konsep diri yang
tinggi atau positif, cenderung memandang lingkungan sekitarnya secara
positif. Dengan demikian, sudah menjadi
consensus umum bahwa konsep diri positif menjadi factor penting bagi berbagai
situasi psikologis dan pendidikan.
Konsep diri sebagai pandangan yang dimiliki setiap orang mengenai dirinya
sendiri yang terbentuk, baik melalui pengalaman maupun pengamatan terhadap diri
sendiri, baik konsep diri secara umum (general self concept) maupun
konsep diri secara spesifik termasuk konsep diri dalam kaitannya dalam bidang
akademik, karier, atletik, konsistensi diri, dan kompleksitas diri yang terbuka
untuk interprestasi sehingga secara umum berkaitan dengan pembelajaran dan
menjadi mediasi variable motivasi dan pilihan tugas – tugas pembelajaran
(syamsul bahri thalib. 122)
Konsep Diri dan Pengaruhnya
Terhadap Tingkah Laku
Konsep
diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan
prilakunya. Artinya, prilaku individu akan selaras dengan cara individu
memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang
yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh
perilakunya akan menunjukan ketidak mampuannya tersebut. Menurut Felker (1974),
terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukkan perilaku seseorang,
yaitu
Pertama, self-concept
as maintainer of inner consistency
yaitu konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin
seseorang. Kedua, self-concept as an interpretation of
experience yaitu konsep diri menentukkan bagaimana individu memberikan
penafsiran atas pengalamannya. Ketiga,
self-concept as set of expectation
yaitu konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. (Dra. Desmita M.Si, hal.169).
Konsep Diri yang Sehat
Dalam teori Psikoanalisis, proses perkembangan
konsep diri disebut proses pembentukan ego (the process of ego
formation). menurut aliran ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat
mengontroldan mengarahkan kebutuhan primitif (dorongan libido) supaya setara
dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan.
Untuk mengembangkan ego atau diri (self) yang
sehat adalah dengan memberikan kasih sayang yang cukup dan dengan cara orangtua
menunjukkan sikap menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
terutama pada tahun-tahun pertama perkembangannya.
Referensi : (prof Dr H Djaali Psikologi
Pendidikan PT Bumi Aksara jkt : 2014 hlm 130).
Hubungan antara Konsep Diri dan
Prestasi Sekolah
Sejumlah
ahli psiklogi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi
belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya, mengemukakan bahwa
banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep
diri dan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang mempunyai konsep diri positif,
memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa yang berprestasi
tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi, serta menunjukan
hubungan antarpribadi yang positif pula. Mereka menentukan target prestasi
belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan akademis dengan belajar keras
dan tekun, serta aktivitas-aktivitas mereka selalu diarahkan pada kegiatan
akademis. Mereka juga memperlihatkan kemandirian dalam belajar, sehingga tidak
tergantung pada guru semata.
Untuk
mengetahui hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar, Fink (dalam
Burnes, 1982) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa laki-laki
dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat intelegensi mereka. Di
samping itu, mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu
kelompok berprestasi lebih (overachievers) dan kelompok berprestasi kurang (underachievers). Hal penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
perbedaan konsep diri antara siswa yang tergolong overachievers dan underachievers.
Siswa yang tergolong overachievers
menunjukan konsep diri yang positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri
dan prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki.
Penelitian
Walsh (dalam Burns, 1982), juga menunjukan bahwa siswa-siswa yang tergolong
underachievers mempunyai konsep diri yang negatif, serta memperlihatkan
beberapa karakteristik kepribadian; 1) mempunyai perasaan dikritik, ditolak dan
diisolir; 2) melakukan mekanisme pertahanaan diri dengan cara menghindardan
bahkan bersikap menentang; 3) tidak mampu mengekspresikan perasaan dan
perilakunya.
(Dra. Desmita, M.Si, hal. 182)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar