Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen pengampu : Nuraida,M.si
Disusun oleh :
Istihani Arofah
11140182000050
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan
dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan
tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator
terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat
dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester.
Baca tulis al-Qur’an
merupakan pengetahuan dasar untuk lebih memahami isi kandungan al-Qur’an
khususnya dan memahami Islam umumnya. Karena syariat Islam sumbernya adalah dari al-Qur’an dan Hadits
yang keduanya menggunakan bahasa Arab. Al-Qur’an dan hadits
ini dipelajari dalam sebuah mata pelajaran yaitu Al-Qur’an Hadits jika di sekolah formal seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/ SMK namun dapat pula
dipelajari di lembaga pendidikan non-formal seperti Taman Pendidikaan
Al-qur’an, Madrasah Diniyah Awaliyah dan sebaginya. Baca tulis
al-Qur’an ini diharapkan dapat mendukung pencapaian
target pada prestasi belajar
Al-qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Memahami hakekat Prestasi belajar
2. Memahami hakekat Belajar Al-qur’an
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan tentang Prestasi Belajar
2. Dapat memahami Hakekat Belajar Al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua
kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan
dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu,
sebelum mengulas lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita
telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi
belajar itu. Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.
Referensi : Djamarah.
Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994.
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau
dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh
atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam
kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak
tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang
harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan
optimisme prestasi itu dapat tercapai.
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya.
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya.
Menurut para ahli definisi prestasi belajar adalah :
1.
Wjs. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya),
2.
Mas’ud
Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan,
hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan
keuletan,
3.
Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
4.
Moh. Surya (2004:75), yaitu “prestasi belajar
adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai
hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.
5.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895)
“Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang
diberikan oleh guru”.
6.
Muhibbin
Syah (2008 : 141), “Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang
mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.”
Dari pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga
aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan
penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat atau hasil dari
proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam
bentuk nilai yang di berikan oleh guru.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam proses belajar banyak faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar. M. Dalyono menyebutkan 2 faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :
1. Faktor yang
terdapat dalam diri anak itu sendiri yang disebut sebagai faktor individual.
Yang termasuk faktor individual adalah faktor kematangan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi.
2.
Faktor yang ada di luar individu yang disebut
dengan faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga, guru
dan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Sumadi
Suryabrata menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi dua, yaitu:
1.
Faktor Intern yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa yang meliputi :
(1) Faktor
Fisiologi Yaitu kondisi fisik yang meliputi pertumbuhan
kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera yang menuju
kepada kestabilitas atau labilitas mental, missal ketenangan
batin, kekalutan pikiran dan lain-lain.
(2) Faktor
Psikologis Yaitu kondisi kejiwaan yang meliputi tinggi
rendahnya inteligency, motivasi belajar, sikap dan minat belajar siswa.
2. Faktor Ekstern
yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi :
(1) Faktor Non
Sosial Yaitu :
faktor-faktor yang berkaitan erat dengan keadaan yang dapat menunjang atau
menghambat keadaan waktu dan tempat, alat-alat pekerjaan, dan lain-lain.
(2) Faktor Sosial Yaitu : faktor
manusia, seseorang yang belajar tidak lepas hubungannya dengan orang lain yang
ada di sekitarnya. Yang termasuk faktor sosial misal : cara bergaul dengan
orang lain, dan lain-lain yang bukan berasal dari paham diri siswa.
C.
Dasar
Membangun Prestasi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pendidikan
agama Islam diperlukan dasar sebagai acuan dan landasan guna tercapainya tujuan
belajar. Tanpa adanya dasar yang kuat sebagai acuan dan landasan guna
tercapainya tujuan dan sebagai pondasi maka dalam pencapaian tujuan pun akan
sulit tercapai.
Ada tiga dasar penting
yang berkaitan dengan belajar yaitu : dilihat dari segi warga negara, dari segi
agama, dan dari segi anggota masyarakat.
1.
Dari segi warga negara bahwa belajar merupakan hak bagi setiap warga negara
Indonesia, hal ini dinyatakan dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 dan 2
yang berbunyi :
Pasal 1 : Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran.
Pasal 2 :Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pengajaran nasional yang dianut dengan
undang-undang. Wujud nyata
dari pemerintah tentang hak warga negara untuk
merasakan
pendidikan salah satunya adalah program wajib belajar 9 tahun. Jadi
setiap warga negara setidak-tidaknya dapat merasakan pendidikan dari tingkat
dasar sampai tingkat lanjutan pertama.
2. Dari segi agama bahwa
belajar merupakan perintah Allah, perintah untuk belajar ini manusia dikaruniai
akal untuk berfikir yang pada akhirnya diperoleh ilmu pengetahuan. Sebagaimana
firman Allah
Dari
ayat di atas dapat dijabarkan bahwa setiap manusia mendapat perintah membaca,
dalam hal ini bukan berarti membaca secara tekstual, tetapi diperintahkan untuk
membaca ayat-ayat al-Qur‟an Allah yang berupa alam semesta ini dan dengan
akalnya manusia bisa berfikir sehingga dapat tercipta ilmu pengetahuan.
3. Sedang dilihat dari segi
sosial mensyaratkan bahwa pendidikan bukan hanya berarti pewarisan nilai-nilai
budaya berupa kecerdasan dan keterampilan tetapi juga berarti pengembangan
potensi-potensi individu itu sendiri dan selanjutnya untuk kebahagiaan
masyarakat.Dengan demikian ketiga dasar tersebut di atas merupakan suatu
landasan dalam pelaksanaan kegiatan belajar yang kesemuanya menuju satu tujuan
yaitu untuk menciptakan kesejahteraan manusia sehingga tercapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
D. Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar
Upaya meningkatkan prestasi belajar dapat
dilakukan dengan :
1.
Memberikan motivasi belajar kepada siswa,
dengan cara :
Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
(menjelaskan pentingnya belajar bagi kehidupan sehari-hari).
2.
Menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa
yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3. Memberikan
ganjaran (hadiah/reward) terhadap prestasi yang telah dicapai sehingga dapat
merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Hadiah/reward dapat berupa pujian,
angka/nilai, pemberian tanda bintang, atau berupa benda.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5. Menciptakan
kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan dengan penggunaan metode belajar
yang bervariasi.
6. Mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan CTL, CBSA, atau PAKEM.
7. Memahami siswa
secara individual maupun kelompok.
8. Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya.
9. Membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar.Menilai keberhasilan setiap langkah yang telah
dilakukan.
10. Memberikan kritik dengan
senyuman, Jangan siswa mendapat kesan, bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya
kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya. ”To motivate a
child is to arrange conditions so that he wants to do what he is capable of doing”.
Referensi :
a. Abu Ahmadi,
Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 h. 107
b. Abu Ahmadi,
Widodo Supriyono, Psikologi Belajar
c.
Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar,Jakarta :
Bumi Aksara, 2000, h. 83
E. Hakekat
Belajar Al-qur’an
Sesungguhnya Al-Qur'an
adalah petunjuk bagi manusia “hudan linnasi” membimbing manusia ke jalan
yang lurus dan menjadi berita gembira bagi orang-orang mukmin yang melakukan
amal salih, bahkan mereka akan memperoleh pahala yang sangat besar. Al-Qur’an merupakan
pedoman hidup bagi manusia. Al-Qur’an tidak hanya
sebagai sumber ilmu, rumah Al-Qur’an juga
menuntun hidup manusia agar selamat di dunia dan di akhirat. Kandungan Al-qur’an akan
senantiasa menjadi cahaya bagi orang-orang yang beriman, yang selalu
mengerjakan amal saleh dan berbudi pekerti yang luhur karena Al-Qur’an juga
mengajarkan akhlak atau etika, khususnya etika dalam masyarakat karena manusia
sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena
itu, belajar Al-Qur’an merupakan
kewajiban yang utama bagi setiap mukmin. Dan belajar Al-Qur’an hendaklah
dari kecil sebagaimana Al-Qur’an
memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar sejak pertama kali
ayat pertama diturunkan kepada Nabi. Al-Qur'an
sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian serius terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai oleh semangat membaca yang pertama kali
diajarkan Al-Qur'an cara membaca Al-Qur'an secara baik sesuai dengan tajwid
hukumnya wajib sedangkan mempelajarinya hukumnya sunnah[1]
Referensi : T.H. Thalhas dan H. Hasan Basri, MA. Spektrum Saintifika
Al-Qur’an, Jakarta, Bela Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2001
h. xvii
Sebagaimana
firman Allah yang pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi
akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an pada surat
Al-Alaq.
Yang artinya : “Bacalah !
dengan nama Tuhanmu
yang Menciptakan, Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah
! dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulya, yang mengajarkan manusia cara
menggunakan pena. Mengajarkan manusia tentang apa-apa yang belum diketahuinya”
Negara Indonesia sangat
memperhatikan pendidikan agama, bahkan yang tidak terpisahkan dari pendidikan
nasional, sehingga pelaksanaan pendidikan agama secara yuridis mempunyai dasar
yang cukup kuat baik di sekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga formal lainnya,
bahkan sekarang di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta dari tingkat
SD/SMP/SMA sudah diterapkan pengajaran BTQ (Baca Tulis Qur’an).
F. Pembelajaran
Baca Tulis Qur’an (BTQ)
1.
Pengertian Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ)
Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting
dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu perlu dikelola
secara profesional dan berkualitas.Kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Qur’an merupakan
dasar bagi anak untuk dapat mengamalkan dan mengajarkan Al-Qur’an serta
mengamalkan ajaran agama Islam baik untuk dirinya atau untuk orang lain. Oleh
karena itu tuntutan untuk dapat membaca dan menulis huruf Al-Qur’an mutlak
sangat diperlukan.
Referensi :
A.Syarifuddin,
Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al- Qur'an, Jakarta : Gema
Insani, 2004, h. 39
Dalam hadits dinyatakan :
“Belajarlah Al-Qur’an lalu bacalah.
Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang belajar,
membaca dan mengamalkannya, bagaikan wadah yang dipenuhi minyak kasturi yang
semerbak baunya di setiap tempat” (HR. Tirmidzi, Al Matjar Al-Rabih : 534
hadits nomor 1102).
Demikian pula dengan
kebenaran hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam, secara umum hadits
dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, serta ketetapannya, kepribadian rasul sebagai uswatun
khasanah yaitu sebagai contoh tauladan yang baik sebagaimana dalam firman Allah
SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Dengan demikian ayat di
atas memberi penjelasan bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW hendaknya
dapat meniru kepribadian Rasul yaitu sifat uswatun khasanah yang mencerminkan
suri tauladan yang baik.Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai pihak baik
pemerintah maupun masyarakat berusaha untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan
pendidikan yang berorientasi pada Al-Qur’an khususnya tentang baca tulis Al-Qur’an
untuk anak usia dini.
Dasar-dasar pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an diantaranya
sebagai berikut :
1.
Firman Allah Surat Al-Muzamil ayat 4
Artinya :
“Dan Bacalah Al
Qur’an itu dengan tartil/perlahan-lahan (QS. Al Muzamil
ayat 4)
2.
Hadits Nabi Muhammad SAW
Artinya :
“Sebaik-baik kalian semua adalah orang yang
belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya
Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an
(BTQ) adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam membaca dan
menulis huruf al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kemampuan membaca dan
menulis huruf al-Qur’an untuk dapat meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan al-Qur’an sebagai kitab suci agamanya dan dalam rangka beragama
Islam dengan baik dan benar.
Referensi :
a.
Jalaluddin bin Abdir Rohman, Jamiatus Shaghir
Juz 1,Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub
al Arabiyah Th. 991 H, h. 131
b. Departemen Agama,Al-Qur’an
dan Terjemah, Semarang : CV Asy-Syifa, 1992, h. 670
c.
Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamius
Shaghir Jilid 2. Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 92
G. Tujuan,
Manfaat dan Fungsi Baca Tulis Al-Qur’an
Tujuan pembelajaran BTQ adalah untuk
meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini melalui kecakapan
dalam membaca dan menulis huruf al-Qur’an yang
nantinya diharapkan nilai-nilai al-Qur’an akan menjadi
landasan moral, etika dan spiritual yang
kokoh bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Disamping itu
manfaat pembelajaran BTQ di sekolah diantaranya sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kualitas Baca Tulis al-Qur’an
2.
Meningkatkan semangat ibadah
3.
Membentuk akhlakul karimah
4.
Meningkatkan lulusan yang berkualitas
5.
Meningkatkan pemahaman dan pengamalan terhadap
al-Qur’an
Adapun fungsi pembelajaran BTQ adalah sebagai
salah satu sarana untuk mencetak generasi qur’ani yang
beriman, bertakwa dan berakhlak mulia demi menyongsong masa depan yang
gemilang.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari pembahasan dan uraian materi diatas, Penulis
menyimpulkan :
·
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh
seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan
perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah
membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai
rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan
keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
·
Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap
mukmin. Dan belajar Al-Qur’an hendaklah dari kecil sebagaimana Al-Qur’an
memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar sejak pertama kali ayat pertama
diturunkan kepada Nabi. Al-Qur'an sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
memberikan perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai oleh
semangat membaca yang pertama kali diajarkan Al-Qur'an cara membaca Al-Qur'an
secara baik sesuai dengan tajwid hukumnya wajib sedangkan mempelajarinya hukumnya
Sunnah
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya tulisan ini, para
pembaca dapat lebih termotivasi untuk belajar ilmu Al-qur’an dan sehingga dapat
memunculkan generasi-generasi muda yang mampu berprestasi dalam segala aspek
yang mengenai Al-qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
·
Djamarah.
Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994.
·
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 h. 107
·
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar
·
Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar,Jakarta :
Bumi Aksara, 2000, h. 83
·
T.H. Thalhas dan H. Hasan Basri, MA. Spektrum
Saintifika Al-Qur’an, Jakarta, Bela Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2001 h. xvii
·
Jalaluddin bin Abdir Rohman, Jamiatus Shaghir
Juz 1,Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub
al Arabiyah Th. 991 H, h. 131
·
Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemah,
Semarang : CV Asy-Syifa, 1992, h. 670
·
Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamius
Shaghir Jilid 2. Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 92