Sabtu, 13 Juni 2015

Prestasi Belajar Al-qur'an (Psikologi Pendidikan)



Prestasi Belajar Al-qur’an
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Nuraida,M.si


 


Disusun oleh :
Istihani Arofah
11140182000050

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN)  SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Salah satu indikator terjadi perubahan dalam diri siswa sebagai hasil belajar di sekolah dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa pada akhir semester.
Baca tulis al-Qur’an merupakan pengetahuan dasar untuk lebih memahami isi kandungan al-Qur’an khususnya dan memahami Islam umumnya. Karena syariat Islam sumbernya adalah dari al-Quran dan Hadits yang keduanya menggunakan bahasa Arab. Al-Quran dan hadits ini dipelajari dalam sebuah mata pelajaran yaitu Al-Quran Hadits jika di sekolah formal seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/ SMK namun dapat pula dipelajari di lembaga pendidikan non-formal seperti Taman Pendidikaan Al-qur’an, Madrasah Diniyah Awaliyah dan sebaginya. Baca tulis al-Quran ini diharapkan dapat mendukung pencapaian target pada prestasi belajar Al-qur’an.

B.     Rumusan Masalah
1.      Memahami hakekat Prestasi belajar
2.      Memahami hakekat Belajar Al-qur’an

C.     Tujuan Penulisan
1.      Dapat menjelaskan tentang Prestasi Belajar
2.      Dapat memahami Hakekat Belajar Al-qur’an


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.

Referensi : Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994.
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.

      Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya.
Menurut para ahli definisi prestasi belajar adalah :
1.         Wjs. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya),
2.          Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan,
3.         Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
4.         Moh. Surya (2004:75), yaitu “prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya”.
5.         Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) “Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru”.
6.         Muhibbin Syah (2008 : 141), “Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan.”
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup tiga aspek (kognitif, afektif dan motorik) seperti penguasaan, penggunaan dan penilaian berbagai pengetahuan dan ketrampilan sebagai akibat atau hasil dari proses belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang tertuang dalam bentuk nilai yang di berikan oleh guru.
 


B.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Dalam proses belajar banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. M. Dalyono menyebutkan 2 faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :
1.      Faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri yang disebut sebagai faktor individual. Yang termasuk faktor individual adalah faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2.      Faktor yang ada di luar individu yang disebut dengan faktor sosial. Yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.


Sumadi Suryabrata menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua, yaitu:
1.      Faktor Intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi :
(1) Faktor Fisiologi Yaitu kondisi fisik yang meliputi pertumbuhan kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera yang menuju kepada kestabilitas atau labilitas mental, missal ketenangan batin, kekalutan pikiran dan lain-lain.
(2) Faktor Psikologis Yaitu kondisi kejiwaan yang meliputi tinggi rendahnya inteligency, motivasi belajar, sikap dan minat belajar siswa.
2. Faktor Ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi :
(1) Faktor Non Sosial Yaitu : faktor-faktor yang berkaitan erat dengan keadaan yang dapat menunjang atau menghambat keadaan waktu dan tempat, alat-alat pekerjaan, dan lain-lain.
(2) Faktor Sosial Yaitu : faktor manusia, seseorang yang belajar tidak lepas hubungannya dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Yang termasuk faktor sosial misal : cara bergaul dengan orang lain, dan lain-lain yang bukan berasal dari paham diri siswa.

C.    Dasar Membangun Prestasi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pendidikan agama Islam diperlukan dasar sebagai acuan dan landasan guna tercapainya tujuan belajar. Tanpa adanya dasar yang kuat sebagai acuan dan landasan guna tercapainya tujuan dan sebagai pondasi maka dalam pencapaian tujuan pun akan sulit tercapai.
Ada tiga dasar penting yang berkaitan dengan belajar yaitu : dilihat dari segi warga negara, dari segi agama, dan dari segi anggota masyarakat.

1.         Dari segi warga negara bahwa belajar merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia, hal ini dinyatakan dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
Pasal 1     : Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
Pasal 2 :Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pengajaran nasional yang dianut dengan undang-undang. Wujud nyata dari pemerintah tentang hak warga negara untuk
merasakan pendidikan salah satunya adalah program wajib belajar 9 tahun. Jadi setiap warga negara setidak-tidaknya dapat merasakan pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan pertama.
2.      Dari segi agama bahwa belajar merupakan perintah Allah, perintah untuk belajar ini manusia dikaruniai akal untuk berfikir yang pada akhirnya diperoleh ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah

Dari ayat di atas dapat dijabarkan bahwa setiap manusia mendapat perintah membaca, dalam hal ini bukan berarti membaca secara tekstual, tetapi diperintahkan untuk membaca ayat-ayat al-Qur‟an Allah yang berupa alam semesta ini dan dengan akalnya manusia bisa berfikir sehingga dapat tercipta ilmu pengetahuan.

3.      Sedang dilihat dari segi sosial mensyaratkan bahwa pendidikan bukan hanya berarti pewarisan nilai-nilai budaya berupa kecerdasan dan keterampilan tetapi juga berarti pengembangan potensi-potensi individu itu sendiri dan selanjutnya untuk kebahagiaan masyarakat.Dengan demikian ketiga dasar tersebut di atas merupakan suatu landasan dalam pelaksanaan kegiatan belajar yang kesemuanya menuju satu tujuan yaitu untuk menciptakan kesejahteraan manusia sehingga tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.




D. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar

Upaya meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan :
1.       Memberikan motivasi belajar kepada siswa, dengan cara :
Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar (menjelaskan pentingnya belajar bagi kehidupan sehari-hari).
2.      Menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3.      Memberikan ganjaran (hadiah/reward) terhadap prestasi yang telah dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Hadiah/reward dapat berupa pujian, angka/nilai, pemberian tanda bintang, atau berupa benda.
4.       Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5.      Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan dengan penggunaan metode belajar yang bervariasi.
6.      Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan CTL, CBSA, atau PAKEM.
7.      Memahami siswa secara individual maupun kelompok.
8.      Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
9.      Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.Menilai keberhasilan setiap langkah yang telah dilakukan.
10.  Memberikan kritik dengan senyuman, Jangan siswa mendapat kesan, bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya. ”To motivate a child is to arrange conditions so that he wants to do what he is capable of doing”.

Referensi :
a.       Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 h. 107
b.      Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar
c.       Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar,Jakarta : Bumi Aksara, 2000, h. 83
  
E. Hakekat Belajar Al-qur’an

Sesungguhnya Al-Qur'an adalah petunjuk bagi manusia “hudan linnasi” membimbing manusia ke jalan yang lurus dan menjadi berita gembira bagi orang-orang mukmin yang melakukan amal salih, bahkan mereka akan memperoleh pahala yang sangat besar. Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sebagai sumber ilmu, rumah Al-Quran juga menuntun hidup manusia agar selamat di dunia dan di akhirat. Kandungan Al-quran akan senantiasa menjadi cahaya bagi orang-orang yang beriman, yang selalu mengerjakan amal saleh dan berbudi pekerti yang luhur karena Al-Quran juga mengajarkan akhlak atau etika, khususnya etika dalam masyarakat karena manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, belajar Al-Quran merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin. Dan belajar Al-Quran hendaklah dari kecil sebagaimana Al-Quran memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar sejak pertama kali
ayat pertama diturunkan kepada Nabi. Al-Qur'an sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai oleh semangat membaca yang pertama kali diajarkan Al-Qur'an cara membaca Al-Qur'an secara baik sesuai dengan tajwid hukumnya wajib sedangkan mempelajarinya hukumnya sunnah[1]

Referensi : T.H. Thalhas dan H. Hasan Basri, MA. Spektrum Saintifika Al-Qur’an, Jakarta, Bela Kajian Tafsir Al-Quran Pase, 2001 h. xvii
Sebagaimana firman Allah yang pertama yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman melalui malaikat Jibril sebagaimana terdapat dalam Al-Quran pada surat Al-Alaq.

Yang artinya : “Bacalah ! dengan nama Tuhanmu yang Menciptakan, Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah ! dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulya, yang mengajarkan manusia cara menggunakan pena. Mengajarkan manusia tentang apa-apa yang belum diketahuinya

Negara Indonesia sangat memperhatikan pendidikan agama, bahkan yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional, sehingga pelaksanaan pendidikan agama secara yuridis mempunyai dasar yang cukup kuat baik di sekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga formal lainnya, bahkan sekarang di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta dari tingkat SD/SMP/SMA sudah diterapkan pengajaran BTQ (Baca Tulis Qur’an).


F. Pembelajaran Baca Tulis Qur’an (BTQ)
1.      Pengertian Pembelajaran Baca Tulis Quran (BTQ)
Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu perlu dikelola secara profesional dan berkualitas.Kemampuan membaca dan menulis huruf Al-Quran merupakan dasar bagi anak untuk dapat mengamalkan dan mengajarkan Al-Quran serta mengamalkan ajaran agama Islam baik untuk dirinya atau untuk orang lain. Oleh karena itu tuntutan untuk dapat membaca dan menulis huruf Al-Quran mutlak sangat diperlukan.

Referensi :
A.Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al- Qur'an, Jakarta : Gema Insani, 2004, h. 39

Dalam hadits dinyatakan :
“Belajarlah Al-Qur’an lalu bacalah. Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang belajar, membaca dan mengamalkannya, bagaikan wadah yang dipenuhi minyak kasturi yang semerbak baunya di setiap tempat” (HR. Tirmidzi, Al Matjar Al-Rabih : 534 hadits nomor 1102).

Demikian pula dengan kebenaran hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam, secara umum hadits dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya, kepribadian rasul sebagai uswatun khasanah yaitu sebagai contoh tauladan yang baik sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21.

 “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Dengan demikian ayat di atas memberi penjelasan bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW hendaknya dapat meniru kepribadian Rasul yaitu sifat uswatun khasanah yang mencerminkan suri tauladan yang baik.Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat berusaha untuk meningkatkan dan menumbuhkembangkan pendidikan yang berorientasi pada Al-Qur’an khususnya tentang baca tulis Al-Qur’an untuk anak usia dini.

Dasar-dasar pembelajaran Baca Tulis Al-Quran diantaranya sebagai berikut :
1.      Firman Allah Surat Al-Muzamil ayat 4

Artinya :
“Dan Bacalah Al Qur’an itu dengan tartil/perlahan-lahan (QS. Al Muzamil ayat 4)
2.      Hadits Nabi Muhammad SAW
Artinya :
“Sebaik-baik kalian semua adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam membaca dan menulis huruf al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kemampuan membaca dan menulis huruf al-Qur’an untuk dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan al-Qur’an sebagai kitab suci agamanya dan dalam rangka beragama Islam dengan baik dan benar.

Referensi :
a.       Jalaluddin bin Abdir Rohman, Jamiatus Shaghir Juz 1,Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 131
b.      Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang : CV Asy-Syifa, 1992, h. 670
c.       Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamius Shaghir Jilid 2. Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 92

G. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Baca Tulis Al-Quran
Tujuan pembelajaran BTQ adalah untuk meningkatkan dan mempersiapkan sumber daya manusia sejak dini melalui kecakapan dalam membaca dan menulis huruf al-Quran yang nantinya diharapkan nilai-nilai al-Quran akan menjadi landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Disamping itu manfaat pembelajaran BTQ di sekolah diantaranya sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kualitas Baca Tulis al-Quran
2.      Meningkatkan semangat ibadah
3.      Membentuk akhlakul karimah
4.      Meningkatkan lulusan yang berkualitas
5.      Meningkatkan pemahaman dan pengamalan terhadap al-Quran

Adapun fungsi pembelajaran BTQ adalah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi qurani yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia demi menyongsong masa depan yang gemilang.




BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Dari pembahasan dan uraian materi diatas, Penulis menyimpulkan  :
·         Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
·         Belajar Al-Quran merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin. Dan belajar Al-Quran hendaklah dari kecil sebagaimana Al-Quran memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar sejak pertama kali ayat pertama diturunkan kepada Nabi. Al-Qur'an sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai oleh semangat membaca yang pertama kali diajarkan Al-Qur'an cara membaca Al-Qur'an secara baik sesuai dengan tajwid hukumnya wajib sedangkan mempelajarinya hukumnya Sunnah

B.     SARAN
Diharapkan dengan adanya tulisan ini, para pembaca dapat lebih termotivasi untuk belajar ilmu Al-qur’an dan sehingga dapat memunculkan generasi-generasi muda yang mampu berprestasi dalam segala aspek yang mengenai Al-qur’an.


DAFTAR PUSTAKA
·         Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994.
·         Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991 h. 107
·         Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar
·         Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar,Jakarta : Bumi Aksara, 2000, h. 83
·         T.H. Thalhas dan H. Hasan Basri, MA. Spektrum Saintifika Al-Qur’an, Jakarta, Bela Kajian Tafsir Al-Quran Pase, 2001 h. xvii
·         Jalaluddin bin Abdir Rohman, Jamiatus Shaghir Juz 1,Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 131
·         Departemen Agama,Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang : CV Asy-Syifa, 1992, h. 670
·         Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar, Jamius Shaghir Jilid 2. Muhtabah dan Al Ihya‟ al Kutub al Arabiyah Th. 991 H, h. 92







Tidak ada komentar:

Posting Komentar