A. Orientasi
pada mata pelajaran (subject centered)
1. Mata
Pelajaran Terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
Dalam subject
centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak
berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang
telah diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah
dan lebih cepat membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam
kehidupannya. Kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena
banyak mengandung keuntungan-keuntungan, namun banyak pula
kelemahan-kelemahannya ditilik dari sudut pendidikan modern.
Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja bertalian erat dengan
pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran. Kelemahan-kelemahan
kurikulum ini ialah:
a) Kurikulum
ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas yang tidak berhubungan satu
dengan yang lain.
b) Kurikulum
ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam
kehidupannya sehari-hari.
c) Kurikulum
ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk yang
sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari
segi minat dan perkembangan anak.
d) Tujuan
kurikulum ini terlampau batas.
e) Kurikulum
ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
f) Kurikulum
ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.
2.
Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
Correlated berasal dari
kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi
yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pokok
bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang
studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
Korelasi
dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara:
a. Korelasi
antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
b. Korelasi
antarpokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.[3]
c. Dapat
pula beberapa matapelajaran disatukan (Broad Fields).[4]
3. Pola pengelompokkan mata pelajaran
serumpun (Broad Fields)
Broad
Fields itu
menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu
bidang studi.[5]
Beberapa
Keuntungan dari Kurikulum-kurikulum ini, ialah:
a. korelasi
memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi
mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai
matapelajaran pada waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu pelajaran,
dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan
demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b. Minat
murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-matapelajaran
c. Pengertian
murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila didapat penjelasan dari
berbagai matapelajaran
d. Korelasi
memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari
berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja
e. Korelasi
memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka
mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai matapelajaran guna
memecahkan suatu masalah.
f. Korelasi
antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada
pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
Kelemahan-kelemahan
kurikulum-kurikulum ini ialah :
a. Tidak
menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat
anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid-murid
dalam kehidupannya sehari-hari
b. Tidak
memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai pelbagai
matapelajaran
c. Guru
sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner
B. Orientasi
pada Siswa (Student centered)
1. Kurikulum
berpusat pada anak didik (Student centered)
Di
dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta
didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar
mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya
potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri.
Student Centered bersumber dari konsep Rousseau menekankan perkembangan peserta
didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan
peserta didik. Ada variasi model ini, yaitu Activity atau Experience Centered.
2. Kurikulum
berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered)
Beberapa
ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan
ciri ini guru hendaknya:
a)
Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu para siswa memilih
mana yang paling penting dan urgen. Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan
atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi
sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Ketiga, desain
kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
Ada
beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu:
a. kegiatan
pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik.
b. pengajaran
memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar
kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau mereka melakukan kegiatan
individual.
c. kegiatan-kegiatan
pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi
kehidupan di luar sekolah.
Ada
beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu:
a. Penekanan
pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk
menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b. Kurikulum
hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak mempunyai
pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh
activity design telah mengembangkan struktur ini. [7]
C. Orientasi
pada Tujuan (Goal centered)
Desain kurikulum yang berorientasi
tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-oriented) dan
kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
1. Kurikulum
yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
Masing-masing
tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di
atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya
bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di
Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar
mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini
mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara
jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan
pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan
dicapai melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan
yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek
pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam
ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa
yang diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan
kurikulum yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan
tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran
yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Adapun
beberapa kelebihannya, yaitu :
a) Tujuan
yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis
kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang
jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
b) Hasil
penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan
perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.[8]
2. Kurikulum
Berbasis Kompetensi (Competence Based)
Karakteristik
KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi
indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi
dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu Depdiknas (2002)
mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Menekankan
pada kecakapan kompetensi baik secara individu maupun klasikal.
b. Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber
belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur
edukatif.
Pengembangan
KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-model kurikulum
sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat
berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam
bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.[9]
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.[9]
D. Orientasi
pada Masalah (Problem centered)
Problem
Centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan
masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat
dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam
kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus
dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Centered menekankan pada isi maupun
perkembangan peserta didik. Ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu:
1. Kurikulum
yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
Life
situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar melalui
pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan
pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan
dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Tiap
pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan
sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang
dirumuskan dengan baik akan merangkumkan pengalaman-pengalaman sosial peserta didik.
Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan
mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Adapun
beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-bentuk desain
lainnya, yaitu:
a) Pemisahan
antara subject dihilangkan oleh problema-problema kehidupan sosial.
b) Kurikulum
diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik dalam kehidupan
sosial, maka desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan
masalah.
c) Menyajikan
bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
d) Motivasi
belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang dari luar.
Adapun
beberapa kelemahan-kelemahannya, yaitu:
a) Penentuan
lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial (penting)
sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.
b) Kurangnya
integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
c) Mengabaikan
warisan budaya
d) Guru
maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.[10]
2. Kurikulum
yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social Reconstruction)
Kurikulum
ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid dalam kehidupan
masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah upaya
sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Interaksi itu
terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang
dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan kerja sama semacam
ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum
yang lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum rekonstruksi
sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :
a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah
menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b) Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan
belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
c) Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah,
pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah
sebagai tema utama terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama
tersebut dijabarkan dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.
KOMENTAR SAYA :
Jenis-jenis kurikulum mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing yang saling melengkapi satu dengan yang
lain. Sebenarnya dari masing-masing jenis kurikulum ini sudah di fikirkan
secara matang sebelumnya walaupun pada akhirnya masih saja ada yang menghalangi
dalam proses serta hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar